Mesya memandang wajah Lala sedikit gugup. Lala tampak biasa, sedangkan Mesya sedikit takut. Lala menatap Mesya dengan tatapan juteknya seperti biasa. "Lo kenapa sih?" tanya Lala membuka pembicaraan. Kebetulan kelas juga sedang sepi karena istirahat."Ng-nggak papa!" sewot Mesya dengan cepat. Mesya mengalihkan perhatiannya ke arah lain. Ini sungguh membuat jantungnya lebih marathon dari Al.
"Lo nggak nyaman gue duduk kayak biasa di sini?" Mesya spontan menoleh lalu menggeleng dengan cepat.
Apakah Lala salah paham? "Nggak papa kok," celetuk Mesya sambil tersenyum tipis.
"L-lo nggak marah?" Mesya menatap Lala dengan wajah ragunya. Apakah Lala benar-benar tidak marah kepadanya?
"Kapan gue pernah marah?" tanya Lala membuat Mesya benar-benar tidak percaya. Apakah Lala lupa atau ini dasarnya lagi. Mesya menatap wajah Lala, lebih tepatnya mata Lala untuk mencari kebohongan. Tapi nihil, Lala seperti orang yang sedang tidak berbohong.
"Lo nggak marah tentang gue sama Al?" tanya Mesya sedikit ragu, dia takut jika pertanyaannya ini bisa menyinggung Lala. Lala terdiam, sudah menjadi tebakannya seperti ini, mengapa mulutnya tidak bisa diam? Jika seperti ini nanti Lala bisa marah kepadanya.
Mesya meruntuki kebodohannya, dia memang sangat bodoh. Bisa-bisanya dia bertanya seperti ini, jika sudah seperti ini dia yang memang salah.
"L-lupain aja!" ucap Mesya untuk menyembunyikan topik pembicaraan mereka. Lala langsung menatap Mesya dengan wajah sedikit serius, tidak datar lagi.
"Gue akan tetep rebut Al, lo tunggu aja sampai Al ada di tangan gue. Sekarang terserah lo, lo boleh nikmati sama Al. Tapi jaga sikap di depan gue," ucap Lala dengan pandangan yang biasa, santai tidak seperti Lala saat marah.
Mesya berusaha meneguk salivanya, mengapa Lala bisa menjadi pribadinya kembali seakan yang menampar Mesya bukanlah Lala. "Oh," jawab Mesya singkat sambil mengangguk.
"Lo udah kerjain pr?" Mesya mengangguk karena dirinya memang sudah mengerjakan pr, semuanya. Lala hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Lo juga udah?" Lala juga mengangguk sambil membalikkan bukunya.
"Lo tau nggak apa makanan kesukaan Al?" Mesya seketika berpikir, dia memang belum mengetahuinya. Tetapi akhir-akhir ini dia sering memakan nasi goreng. Apakah mungkin Al menyukai nasi goreng?
"Nasi goreng mungkin." Lala mengangguk, sepertinya Mesya salah. Tatapan Mesya terlihat ragu, Mesya juga berpikir mungkin bukan itu.
"Nggak tau deh," pasrah Mesya dengan cepat. Dia memang jelas tidak tau mengenai apa makanan kesukaan Al, nanti dia akan bertanya sendiri kepada Al. Jika tidak lupa ataupun dia malu untuk bertanya.
"Kalo menurut tebakan gue dia suka bubur ayam," ucap Lala mengasal. Mesya menoleh, dia sendiri juga tidak tau Al suka makanan apa.
"Gue akan rebut Al pakai cara gue, Sya. Gue bilang, karena kalau gue nggak bilang sama aja gue nyuri. Jadi gue cuma mau ingetin gue akan sama Al nanti," ucap Lala dengan nada santainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MESYALIA (END)
Teen Fiction☡HARAP VOTE DAN KOMEN, FOLLOW KARENA ADA BBRP PART DIPRIV☡ Meysa Aquila Kaitlyn atau yang kerap disapa Mesya gadis cantik, baik dan polos yang bersahabat dengan Shaula Adelia Putri dipanggil Lala. Seorang anak yang mandiri, dan cantik, namun sebenar...