THIRTY THREE (✔)

298 31 39
                                    

Semakin hari Lala semakin jenuh dengan pikirannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semakin hari Lala semakin jenuh dengan pikirannya. Banyak yang harus ia pikirkan dari kontrakan yang nunggak satu bulan, SPP sekolah yang nunggak dua bulan. Belum lagi masalah perasaanya kepada Al. Di hati minggu Lala memilih berjalan-jalan di area taman dekat jembatan. Pandangannya hanya menatap kesal jalanan.

"Kapan gue bisa nemuin keajaiban. Tiba-tiba perasaan gue di bales dan lainnya. Tapi kalau perasaan gue dibales, setelah tahu semuanya Al kecewa nggak ya?" Sesulit itukah berharap kepada sesama manusia?

"Belum lagi masalah Mesya. Entah gue sadar ataupun nggak saat gue nyakitin Mesya atau pengen buat Mesya cemburu saat gue minta tolong ke Al. Tetep aja Al jatuhnya ke Mesya."

Beberapa hari yang lalu Lala mencoba mendekati Al dengan menyuruh Al mengambilkan buku di perpustakaan yang berada di rak tinggi. Lala kira hanya Al sendiri yang datang, tapi cowok itu justru mengajak Mesya sambil menggandengnya di depan Lala.

"Gue harus ngapain lagi. Andai Ayah mau ngakuin gue mungkin lebih gampang. Gue nggak usah susah cari biaya," lirih Lala dengan wajah sedikit cemberut.

"Lala, lo itu nggak boleh tergantung sama orang. Hidup lo berarti harus lo takhlukin semua." Lala menendang-tentang batu yang berada di jalan. Jalanan memang tidak terlalu ramai, tetapi tetap saja pikiran Lala terus bertambah.

"Kalau nggak gara-gara Raka juga. Gue nggak akan beli obat lagi! Emang aneh dia, dateng nggak diundang kayak jailangkung. Terus pulangnya ngerusak suasana hati gue!" sebal Lala sambil menendang batu yang berada di bawahnya dengan keras.

Lala hanya memakai kaos lengan pendek dengan celana tiga per empat. Bajunya menang sangat simpel tapi jika dia berniat membeli yang lain itu semakin membuatnya susah nanti.

Beli baju saja dia harus berhemat satu bulan dahulu bari bisa membeli baju. Dan positifnya Lala tidak pernah mengeluh tentang bajunya yang sudah kalah saing dengan teman sekelasnya atau lainnya.

Lala sudah melangkahkan kaki di jalanan setapak sebelah jembatan. Dia memang ingin menghabiskan waktu dengan berjalan-jalan di sini saja.

Mata Lala menangkap sesuatu yang tidak asing di depannya. Walau berjarak lima meter tetapi Lala seperti kenal dengan laki-laki yang menggunakan baju hitam dengan jeans berwarna cream se-lutut itu. Tetapi mengapa langkahnya sedikit ke arah jalan. Jalan memang sedikit sepi, tetapi dia seperti orang yang sedang menanti sesuatu.

Lala menjelaskan penglihatannya lagi dengan mengucek matanya, pandangan cowok itu seperti kosong dengan sedikit maju ke arah jalan. Lala menatap arah belakang terlebih dahulu, ada sepeda motor yang melaju dengan cepat di arah cowok itu.

"Al!" Sejak kapan Al memiliki penyakit tuli? Pandangan Al seperti kosong, Lala dengan cepat langsung berlari dan menarik Al ke arah jalanan setapak.

Bruk!

"Aw!" ringis Lala saat sikunya tergores di jalan setapak itu. Lala jatuh dengan posisi tubuh miring dan siku kiri sebagai penyangga. Sedangkan Al jatuh hampir tepat di atasnya, hanya saja kedua tangannya langsung menyangga sehingga keduanya tidak saling tersentuh.

MESYALIA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang