Lala memutuskan untuk berlari, dia ingin pergi dari semua masalah ini. Lala pikir jika masalahnya akan selesai tetapi salah semua masalahnya berkumpul menjadi satu.
"Lala?" Lala menghentikan langkahnya lalu menoleh. Itu guru BK, dia sepertinya batu kembali dari ruang guru.
"Kenapa, Bu?" Lala mengubah postur wajahnya yang sedih dengan wajah biasa. Walau masih bisa terlihat air mata Lala yang ingin keluar.
"Kamu mau bicara di ruangan saya?" Lala mengangguk, guru itu langsung masuk terlebih dahulu. Tepat saat ini siswa siswi masih belum masuk, masih banyak yang belum datang. Jam masuk sekolah juga masih sekitar lima belas menit lagi.
Lala duduk di kursi itu, dia juga masih membawa tas pada pundaknya. "Maaf sebelumnya, Ibu minta maaf," ucapan guru ini seketika membuat Lala bingung. Wajah Lala juga berantakan tetapi Lala tidak peduli dengan itu, hidungnya juga memerah dengan mata yang berkaca-kaca.
"Peraturan di sekolah ini ketat kamu tau kan? Jadi sebelum ujian minggu depan semua siswa ataupun siswi harus membayar iuran rutin." Wajah Lala yang baru saja tenang kembali menunduk. Netra matanya tak sanggup untuk menjelaskan kata-kata dalam hatinya.
"Kami bisa membantu kamu, tapi kami butuh kedatangan orang tua atau wali terlebih dahulu untuk memastikan. Kamu salah satu siswi pintar, karena itu kami ingin membantu," ucap guru itu untuk membuat pengertian kepada Lala.
"Maaf, Bu. Tapi Ibu tahu kan saya tidak mempunyai siapa-siapa? Saya pergi dulu, permisi." Lala langsung melenggang pergi dari sana. Lala beranjak ke arah toilet terdekat tetapi dia melihat sesuatu.
"Gila aja itu Al, gue sampai hampir di tampar."
"Tau tu, ini gara-gara anak haram itu!"
"Palingan sekarang dia lagi mojok nangis tapi lebih bagus kalau dia bunuh diri aja sana. Orang kayak gitu nggak pantes hidup di manapun."
Itu adalah ucapan Dinda dan teman-teman barunya. Lala memilih memutar balik arah dan naik ke rooftop saja. Lala menaiki tangga sambil mengusap kasar air matanya. Dia tidak peduli dengan apapun sekarang, semua pikirannya tercampur.
Mesya langsung masuk di pintu menuju rooftop itu. Langkahnya terhenti saat sudah sampai di pojok tembok. Lala merosot dari posisinya karena tak kuat menahan tangisannya.
Tangan kanan dan kirinya bahkan tak bisa menghapus air mata yang turun itu. Lala menangis dia memang terlihat kuat tetapi sebenarnya dia hanya ingin membuktikan kepada dunia jika dirinya kuat dan dia menunjukkan pada dirinya sendiri jika dia sebenarnya lemah.
"Ya, gue lemah," lirih Lala perlahan. Lala menjadi sesenggukan jika seperti ini.
"Gue benci hidup gue sendiri! Gue benci," lirih Lala sambil meracau.
Lala mencari sesuatu dengan cepat di tas miliknya. Lala membuka kotak pensil dan mengambil sesuatu. Sebuah benda berukuran sejengkal. Lala menatapnya sejenak lalu menarik pisau yang berada di tengah alat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MESYALIA (END)
Teen Fiction☡HARAP VOTE DAN KOMEN, FOLLOW KARENA ADA BBRP PART DIPRIV☡ Meysa Aquila Kaitlyn atau yang kerap disapa Mesya gadis cantik, baik dan polos yang bersahabat dengan Shaula Adelia Putri dipanggil Lala. Seorang anak yang mandiri, dan cantik, namun sebenar...