NINETEEN (✔)

353 42 46
                                    

Sepanjang jam istirahat Mesya hanya bermain dengan bolpoin miliknya sesekali dia menoleh ke arah Lala yang sedang membolak-balikkan buku miliknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sepanjang jam istirahat Mesya hanya bermain dengan bolpoin miliknya sesekali dia menoleh ke arah Lala yang sedang membolak-balikkan buku miliknya. Mata Lala dari tadi tak menatap ke arahnya sedikitpun. Tinggal mereka berdua yang berada di kelas.

Mesya ingin memulai berbicara tapi dirinya takut untuk mengawalinya tetapi dia sendiri takut. Lala hanya berkutat dengan bukunya, tangan kirinya dia letakkan di bawah.

"La?" Lala sama sekali tidak menatap wajah Mesya, Lala marah karena dia kecewa atau karena Lala cemburu?

"Lala? Lala marah sama aku?" Lala bahkan tidak membenarkan ucapannya jika Mesya berbicara 'Aku'. Ini benar-benar seperti bukan Lala yang ia kenal.

"La? Lo marah? Kenapa lo jadi gini sih? Bilang dong. Kalau marah marahin gue, tegur gue, pukul gue, tampar gue, tapi jangan diem, La," ucap Mesya berharap balasan dari Lala. Mata Mesya sudah berkaca-kaca dengan ini.

Mesya lebih baik dimaki daripada dirinya harus melihat Lala diam, itu membuatnya semakin merasa bersalah, jika Lala memarahi Mesya setidaknya amarahnya sudah ia keluarkan, tapi jika Lala pendam itu membuat sakit tersendiri bagi Mesya.

"La, ngomong, La. Luapin semua yang lo mau, tapi jangan diem, itu bikin gue ngerasa gue sangat bersalah. La, lo punya mulut kan? Tampar gue, pukul gue, terserah. Tapi jangan diem," lirih Mesya membuat Lala menoleh dan berdiri.

Lala memilih keluar dari bangkunya. Tetapi Mesya menggenggam tangannya, Mesya menatap tangan kiri Lala yang dibalut kasa. "Lo kenapa, La? Tangan lo kenapa?" tanya Mesya khawatir.

Lala menggeleng dan menarik tangannya. "Gausah sok peduli, lo lihat semua kesalahan lo, lo pikir baru lo chat gue, gue akan temuin lo setelah lo renungin semua." Setelah mengucapkan kata-kata itu Lala langsung pergi meninggalkan kelas.

"Oke, Mesya pikir kesalahan lo. Kesalahan gue yang mana ya? Gue 'kan pernah nakal ke Ayah, gue juga pernah ambil uang Mama diam-diam walau akhirnya ketahuan dan dimarahi. Gue juga pernah beli di Starlight nggak bayar sampai sama Raka diketawain. Lala bilangnya semua, ya kali gue ngapalin semua?" Mesya bingung untuk kesalahan mana yang Lala maksud. Mengapa Lala berbicara semua kesalahannya?

Ting

Nontifikasi pada ponsel Mesya muncul, dari Lala. Mesya langsung membacanya. Mesya yang tadinya murung langsung sumringah.

Lalaaaaa
Kesalahan lo kemaren, bego:v

Walau Lala memarahi Mesya, setidaknya Lala peduli. Dia masih mendengar ucapannya yang tadi, itu menunjukkan bahwa Lala sebenarnya tidak marah, mungkin sedikit kecewa.

"Seenggaknya Lala mau ngomong walau lewat chat." Mesya tersenyum lalu ke luar dari kelas. Karena tidak mungkin dirinya di dalam kelas sendirian.

***

"Sekarang lo mau ngapain?" tanya Raka yang jengah melihat Mesya mondar-mandir di hadapannya. Al sedang bermain basket, tadinya bersama Raka tetapi Mesya menarik Raka ke belakang sekolah.

MESYALIA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang