"Pak, dua nggak pakai kedelai," ucap Al dengan nada datarnya. Mereka memilih membeli bubur ayam di dekat tempat mereka saat ini. Bubur ayam di sini juga enak biasanya saat sore akan sangat ramai pembeli.
Al menghampiri Lala dengan bibir yang pucat pasi, Al memperhatikan Lala lagi, terlebih jelas. Tetapi tatapan itu seperti dejavu bagi Lala. "Bibir pucat?" Lala menatap Al sekali lagi, maksud Al bibir siapa yang pucat atau itu pernyataan?
"Bibir lo kenapa pucet?" Lala tak tau harus menjawab apa, dia juga tidak mengerti jika akhir-akhir ini kesehatannya seperti menurun.
"Nggak, mungkin karena belum sarapan," ucap Lala sambil melebarkan senyumnya. Alasan Lala masih masuk akal di otak Al.
Gue sedih sama keadaan Sasha sekarang, ini bukan seperti dia. Gimana dia bisa bagi semua waktunya? Kenapa gue selama ini nggak peka? tanya Al dalam hatinya. Lala menjadi berbeda, saat kecil gadis ini periang dan sangat cerewet. Mama Lala sering menitipkan Lala di rumah Al karena kadang Mama Lala harus meeting di luar kota atau lainnya.
"Gue masih belum percaya." Lala kembali menatap Al. Satu sosok yang selama ini Lala rindukan, Bundanya Al. Dia juga orang yang sangat periang seperti dirinya.
"Sama, g-gue kangen Bunda." Al tersenyum, wajah Lala itu memang mirip Mamanya tapi tingkahnya sangat mirip dengan Bundanya Al.
"Bunda lagi nganterin ketering dianter Ayah." Lala menciutkan senyumannya.
"Lo sama kayak Bunda," celetuk Al. Mesya mendekatkan wajahnya di depan Al lalu menciutkan matanya dan menggoyangkan rahang bawahnya ke kanan dan ke kiri. Saat kecil jika Lala marah dia akan langsung seperti itu.
"Gue juga bingung sebenarnya. Sikap lo dari kecil cuek kayak Mama, tapi gue cerewet sama kayak Bunda. Kita sebenernya ketuker nggak sih?" tanya Lala kesal.
"Bego," sindir Al membuat Lala membelalak. Apakah Al baru saja mengejeknya? Lagipula Lala tidak berpikir bagaimana mereka bisa tertular jika mereka memiliki perbedaan umur.
"Al."
"Sasha."
Ucap mereka bergantian. "Panggil gue Lala aja." Lala sedikit tidak suka jika dipanggil 'Sasha itu mengingatkan pada banyak hal kelam yang ia alami selama ini.
"Why?" Lala tersenyum lalu menunduk sejenak.
Lala menatap Al dengan senyumnya. "Jelek namanya, kayak lo," kekeh Lala membuat Al berubah menjadi datar.
"Kenapa lo jahat sama Mesya? Kenapa lo pengen rebut gue kalau lo sebenarnya tau Sasha, maksud gue Lala ada posisi lain di diri gue?" Bagaimana Lala menjelaskan semuanya jika seperti ini?
Di satu sisi itu akan memakan waktu lama untuk menceritakan semua dan dia malas, di sisi lain dia tidak mau Al kepikiran tentang masalahnya.
"Ada masanya lo tau, tapi bukan sekarang." Al menganggap dirinya memang sudah terikat lama dengan Lala tetapi dia juga harus menghargai privasi Lala sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
MESYALIA (END)
Teen Fiction☡HARAP VOTE DAN KOMEN, FOLLOW KARENA ADA BBRP PART DIPRIV☡ Meysa Aquila Kaitlyn atau yang kerap disapa Mesya gadis cantik, baik dan polos yang bersahabat dengan Shaula Adelia Putri dipanggil Lala. Seorang anak yang mandiri, dan cantik, namun sebenar...