Malam ini hujan mengguyur Kota Jakarta badai petir menyambar-nyambar dan saling menyahut untuk menghasilkan bunyi yang lebih deras. Angin membawa hujan masuk sampai ke dalam kamar Mesya. Tentu tidak Mesya biarkan, Mesya berjalan dan langsung menutup jendela tak lupa untuk menutup jendela. Tatapan Mesya jatuh pada kaca kaca yang sudah berembun karena hujan.
Mesya memutuskan untuk menarik tirai dan menutupnya. Mesya merebahkan dirinya sambil membuka aplikasi roomchat-nya. Pesan dari seseorang seperti membuatnya bingung.
Al-nya Mesya♡
Gw tngg d jmbtn
20.30Itu adalah pesan dari Al setengah jam yang lalu. Mesya bingung harus datang atau tidak, sementara sekarang masih hari yang sama jadi ini masih waktunya Lala yang dekat dengan Al.
"Hujannya deras lagi," celetuk Mesya. Posisinya duduk kakinya bergelayut seperti anam kecil tatapannya pada jendela yang sudah ditutupi oleh korden.
"Ke sana nggak ya? Tapi ini masih harinya Lala, tetap aja nggak boleh dong?" gumam Mesya, ia langsung menidurkan dirinya. Dirinya sedang dilanda kebingungan. Di satu sisi dirinya ingin melihat apakah Al sudah pulang? Karena hujan semakin deras di sisi lain dia masih ingat dengan ucapan tang ia buat sendiri.
"Udah lah, Al palingan udah balik. Al kan paling males kalau di suruh nunggu lama. Sekarang lo tenang Mesya, besok lo boleh kok deket sama Al lagi." Mesya menarik napasnya agar teratur.
Duarr
"Ayah! Mama! Aku tidur sama kalian!" teriak Mesya sambil berlari keluar dari kamarnya. Rumahnya itu memang luas, tetapi Mamanya memilih tidak menggunakan ART karena lebih baik digunakan untuk makan, jalan-jalan atau lainnya.
***
Hujan sedang deras-derasnya saat ini. Aliran air yang tadinya tenang sekarang seakan dikejar oleh waktu. Jembatan yang biasanya ramai untuk tempat tongkrongan tiba-tiba menjadi sepi. Hanya kendaraan satu dua yang lewat. Sorot lampu sepeda Al masih bercahaya dan Al masih kokoh untuk duduk di bangku dengan tatapan datar dan dinginnya.
Pandangan Al mencari sosok yang ia nanti, tetapi dirinya masih belum menemukannya. Dimana gadis yang biasanya jahil dengannya? Apa karena hujan dia jadi tidak datang?
"Gue nunggu udah kayak orang putus cinta," ucap Al pada dirinya sendiri. Dia tetap santai menunggu Mesya di sini. Karena dia percaya Mesya akan datang.
Al Menatap jam yang melingkar di tangan kirinya. Jam itu sudah menunjukkan pukul 20.00. Ini sudah malam apakah mungkin Mesya lupa? Al melihat ponselnya Mesya terakhir online sekitar setengah jam yang lalu.
"Mungkin dia tidur?" gumam Al. Hujan tetap saja tidak mau berhenti seperti ingin ikut menutupi kesedihan Al, Al tidak kecewa dia hanya bingung.
Jika seorang perempuan pergi dengan segala amarahnya dia pasti akan kembali, tetapi Mesya hanya pergi secara tiba-tiba dan ingin menjauh. Ini adalah pertanyaan yang terselip di dalam benaknya.
Al menundukkan dirinya tetapi dia tidak kehujanan lagi padahal sekarang sedang hujan. Dia juga merasakan seseorang datang setelah berlalunya taksi. Al tersenyum apakah dia Mesya?
Al mendongak tetapi senyumnya langsung pudar. Lala, dia yang datang dengan membawa payung untuk Al. Al berdiri dan menghindar dari payung itu. Dia lebih memilih melihat air yang seperti berlarian karena hujan deras. Al menggenggam kuat pembatas jembatan. Lala masih terdiam dan memilih meletakkan payung transparan itu di bawah.
KAMU SEDANG MEMBACA
MESYALIA (END)
Teen Fiction☡HARAP VOTE DAN KOMEN, FOLLOW KARENA ADA BBRP PART DIPRIV☡ Meysa Aquila Kaitlyn atau yang kerap disapa Mesya gadis cantik, baik dan polos yang bersahabat dengan Shaula Adelia Putri dipanggil Lala. Seorang anak yang mandiri, dan cantik, namun sebenar...