EKSTRA PART 3 (✔)

1K 50 14
                                    

AKU MAU NANYA SERIUS KALIAN MAU SEQUEL/SPIN-OFF GAK?
KALAU MAU KOMEN!

MOHON PENGERTIANNYA




HAI SEMUA
PERHATIAN!!!
AUTHOR NULIS INI BERJAM-JAM MOHON BANTUANNYA DONG BUAT SEMANGATIN. CUMA TINGGAL VOTE (TEKAN BINTANG) SAMA KOMEN UDAH ITU AJA. GRATIS, CUMA BEBERAPA DETIK UDAH KELAR.

INFO UP ATAU LAINNYA ADA DI IG @novalynne22
DI SOROTAN YANG JUDULNY WATTPAD
.
.
.
.
.
.
.
.

"Anjing kalian! Mana gue nggak dikasih bokap duit!" tukas Raka geram, untung saja tadi dia bisa kabur dari mereka dan memutuskan untuk membolos pelajaran.

Andai Raka tidak bergerak cepat sudah pasti uang yang tersisa di dompetnya ludes. Siang ini mereka berada di Starlight.

"Raka lo-nya itu nggak boleh ngumpat!" sinis Mesya yang berada di samping Al yang sedang meminum milk shake stoberi. Dia sengaja meminum ini karena rindu dengan Lala.

Raka memandang Mesya dengan tatapan tajam. "Emang siapa yang ngumpat? Gue nggak ngumpat," elak Raka.

"Lo tadi bilang anjing. Dia itu nggak salah nggak usah dipanggil!" sentak Mesya geram. Raka tidak tahu saja dirinya sedang kedatangan tamu bulanan. Entah mengapa ketika dia berteriak atau marah rasa sakit itu seakan hilang.

"Lo sendiri yang bilang gue nggak bilang," kekeh Raka membuat Mesya makin kesal. Mesya tersenyum sangat lebar sambil memperlihatkan gigi-gigi rapinya membuat Raka mengernyit.

Mesya meletakkan dagunya di meja lalu sekuat tenaga menginjak kaki Raka dengan berkali-kali. "ANJ-" pekikan Raka terhenti saat Al langsung berdiri dan menutup kuat mulutnya. Bisa-bisanya dia anak pemilik kafe yang tidak tahu malu.

"Aish!"

Al melepaskan tangannya dari mulut Raka sambil berdecak karena Raka malah menjilati tangannya. Itu sangat menjijikkan. "Gue ke toilet," ucap Al sambil berlalu.

"Lo jorok banget sih jadi cowok! Masa tangan Al harus lo jilat. Ckckck!" decak Mesya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya seolah tidak percaya sekaligus menyindir.

"Lo kok jadi makin ngeselin si, Sya!" Mesya mendengus kesal, bukan hanya kesal tetapi sangat kesal.

***

Al mencuci tangannya di wastafel tanpa melihat tangannya. Dia menatap kaca dengan raut muka datarnya.

"Lo lihat, La? Makin akur mereka, sampek gue bingung gimana nasehatinya," ucap Al sambil menghentikan pergerakannya dan menatap kaca dengan jelas.

Kamar mandi di Starlight memang bersatu antara perempuan dan laki-laki tetapi di sini ada empat toilet. Dua untuk perempuan dan dua untuk laki-laki yang dibatasi oleh wastafel dan kaca untuk mencuci tangan.

"Eh, Al ya?" tanya seseorang membuat Al menoleh. Al tersenyum singkat lalu mengangguk dan mematikan kran.

"Vania?" Vania tersenyum lalu mengangguk. Al memang sudah kenal dengannya dan hubungan keduanya juga seperti teman. Al kadang bertanya tentang Lala kepada Vania.

"Dia pasti udah bahagia, Rak. Dia bertemu Mamanya." Al mengangguk yakin sambil menyandarkan tubuhnya dengan tangan yang membelakanginya untuk berpegangan di wastafel.

"Gue duluan," ucap Al langsung pergi dari sana. Al melangkahkan kakinya perlahan, langkahnya perlahan berhenti dengan lambat. Dia menatap arah luar kafe.

Pandangannya memantung, Al mengehela napasnya perlahan lalu menggelengkan kepalanya. Itu mustahil bukan? Pikirnya.

Dia melihat seorang cewek yang nampak kesal dengan mobil berwarna merahnya. Dia bahkan menendang ban mobil itu sambil berkaca pinggang. Al tidak bisa melihat wajahnya tetapi seperti mengingatkan dia kepada seseorang.

***

"Lo-nya ngeselin banget sih! Kamu itu ya-" ucapan Mesya terhenti saat menyadari ucapannya dan tiba-tiba Al datang dengan santai.

Mesya memegang bibirnya lalu menatap sendu kakinya. "Kenapa lo?" tanya Raka heran. Padahal dia baru saja mendengarkan ceramah selama lima menit dari Mesya dan tiba-tiba Mesya menghentikan ucapannya.

"Biasanya Lala marah kalo gue bilang aku-kamu," ucap Mesya dengan suara pelan. Raka memejamkan matanya.

Jujur, mendengar nama 'Lala' saja pikirannya langsung spontan memikirkan gadis itu. Memang benar melupakan itu sangat sulit, Raka mengakuinya.

Awalnya dia mencoba terbiasa tetapi setelah berhari-hari mengapa itu semakin sulit. Andai saja melupakan segampang mengupas kulit kacang.

Raka mengalihkan perhatiannya menatap arah lain.

Damn

Raka menerjap-nerjapkan matanya tetapi yang dilihat tetap sama. Raka berdiri untuk memastikan apa yang dia lihat. Seseorang cewek yang menendang ban mobilnya lalu naik ke mobil hijau di sebelahnya.

"I-itu Lala 'kan?" tanya Raka tanpa menoleh ke arah Mesya dan Al. Sementara Al dan Mesya menatap arah luar bingung karena tidak ada siapa-siapa.

"Mana sih? Lo halu ya? Lala nggak-" lagi-lagi ucapan Mesya terpotong.

"Stop bilang dia nggak ada, Sya. Gue barusan lihat itu benar-benar Lala." Raka tidak tahu lagi cara menjelaskan kepada kedua sahabatnya ini.

"Gimana dia?" tanya Al ragu.

"Rambutnya tapi panjang sih, tapi gue yakin dia Lala!" keukeh Raka.

"Gue tadi juga lihat, tapi bisa aja itu orang lain." Raka menatap Al tajam. Dia baru saja senang melihat sosok yang mirip Lala tetapi Al malah membuat seolah harapannya pupus.

"Gue nggak peduli mau dia bener apa salah. Tapi gue yakin dia itu Lala!" ucap Raka dengan penuh penekanan.

Sejak hari inilah pemikiran Raka dengan perempuan selalu salah. Dia hanya percaya apa yang ia tahu tetapi dia selalu menyalahkan takdirnya, sejak hari ini juga Raka. Seorang Raka Naratama menjauh dari perempuan kecuali Mesya dan Mamanya.



Yang pengen tahu ceritanya plis komen ngokkey
Makasih udah baca cerita absurd ini. xixixi
























HAI SEMUA
GIMANA
UDAH MOVE ON DARI LALA BELUM

PLIS JAWAB KALIAN MAU SPIN-OFF APA NGGAK

KALAU MAU AKU BAKAL BUAT KALAU NGGAK YAUDAH SAMPAI SINI DAN KETEMU DI CERITA YANG LAIN, XIXIXI

SALAM KENAL SMUAAAA
2

852021

MESYALIA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang