"Udah balik lo, Rai?" tanya Raiden, yang melihat Railin memasuki kelasnya dan duduk tepat di sebelahnya."Hm," jawab Railin singkat.
Raiden memasang wajah bingung, karena sifat Railin yang menjadi seolah dingin. Suasana hati seorang perempuan memang sulit untuk di pahami. "Kenapa lo? Tiba-tiba dingin gitu, gak ada cocok-cocoknya."
"Gak apa-apa, gue cuma gak mood. Sekaligus sebel!" ujar Railin menekan kata terakhirnya.
Raiden mengangguk sebagai respon. "Em, Rai? Nanti pulang sekolah kita jalan-jalan, mau gak?" tanya Raiden pada Railin yang ingin mengajaknya pergi.
"Dih, tumben lo? Mau ngapain?" tanya Railin, sembari menoleh ke arah Raiden.
"Ikut aja dulu, nanti juga lo tahu," jawab Raiden.
"Ya udah deh, nanti pulang sekolah langsung aja. Gue juga bosen, pengen jalan-jalan," terima Railin menyetujui ajakan Raiden.
Pria itu tersenyum mendengar jawaban dari Railin, yang menyetujui ajakannya. Setidaknya untuk hari ini, Railin tidak membuatnya kesal. Tapi, mungkin dirinya yang akan membuat Railin kesal. Hanya untuk hari ini saja.
"Oh iya, guru belum masuk?" tanya Railin.
"Buta mata lo? Noh di depan ada tas sama buku-buku guru! Makannya kalau punya mata tuh di pake o'on!" ucap Raiden, menoyor pelan kepala Railin.
"Lah tapikan gak ada gurunya!"
"Tapikan ada barangnya! Gak mungkin juga tuh barang guru jalan sendiri! Lagian tadi udah masuk ke kelas, tapi keluar lagi soalnya ada panggilan dari kepsek," beritahu Raiden.
Railin mengangguk. "Oh, ngomong dong! Tinggal jawab aja pake ribut segala!"
Raiden tidak membalas ucapan Railin, ia hanya memutar bola matanya malas. Apa Raiden bilang, Railin memang menyebalkan.
Setelah itu, seorang guru masuk ke dalam kelas mereka. Para murid yang tadinya sedang mengobrol mendadak hening. Guru itu menghadap ke arah murid-muridnya.
Lalu ia berkata, "Anak-anak semuanya, di karenakan sebentar lagi kalian akan ujian dan guru-guru pun sedang sibuk mempersiapkan untuk ujian nanti. Untuk hari ini sekolah di diliburkan. Kalian akan masuk pada saat ujian di mulai, yaitu hari senin. Dan sekarang, kalian bisa pulang."
"Ibu duluan, ya," pamit gue itu, sembari melenggang keluar kelas.
Para murid-murid yang ada di kelas itupun bersorak gembira karena sekolah mereka diliburkan, namun mereka harus punya persiapan untuk menghadapi ujian nanti. Begitupun dengan Railin, ia harus membuktikan bahwa dirinya bisa berhasil dan menjadi lebih baik. Ia harus menunjukkan pada ayahnya, bahwa Railin pun bisa seperti Geo adiknya.
Gue harus berusaha, gue harus buktiin ke ayah kalau gue bisa lebih dari Geo. Lo pasti bisa Railin! Batin Railin, menyemangati dirinya sendiri.
Para murid yang ada di kelas itu maupun kelas lainnya, pergi meninggalkan kelas mereka masing-masing. Begitupun dengan Railin, Arsan, Rey, Joy, Ardan, Mitha, Sella, Gesha dan Raiden.
Seperti ucapan Raiden yang mengajak Railin untuk jalan-jalan, Raiden ikut berjalan tepat di sisi Railin. Dan entah bawaan dari mana, Raiden menggandeng tangan Railin. Sedangkan Railin, ia pun bahkan tidak menolak karena tidak sadar jika tangannya sedang di genggam oleh Raiden.
Sella yang tak sengaja melihatnya tersenyum geli, ia menyenggol lengan Mitha. Gadis itu menoleh pada Sella dengan pandangan bertanya, kemudian Mitha melihat ke arah yang ditunjukkan oleh Sella lewat matanya. Tangan Raiden yang menggenggam tangan Railin. Mereka berdua tersenyum penuh arti.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAISAN
Teen Fiction📍 Follow sebelum membaca! 📍 [ COMPLICATED ] || [FIRST STORY] || [REVISI] ▪▪▪▪▪▪▪ Pertemuan Railin dan Arsan, mungkin hanya sekedar pertemuan yang biasa saja. Namun, perjalanan hidup merekalah yang butuh perjuangan. Rintangan demi rintangan, mereka...