22. Bolos

3.8K 237 3
                                    

22. Bolos

"Kebiasaan lo, gorengan gue itu!"

"Minta satu doang elah, gak boleh pelit."

"Ck, ribut aja terus, kalian."

"Tau dah, gorengan masih banyak itu!"

"Ribet lo berdua!"

Railin, Arsan, Rey, Joy dan Ardan kini sedang berada di kantin. Mereka tidak masuk ke kelas, karena terlambat atau lebih tepatnya sengaja datang terlambat. Hari ini, dengan kompaknya mereka sedang malas untuk belajar.

Railin tengah kesal pada Ardan yang selalu saja, mengambil gorengan miliknya. Ardan memang sedang malas untuk mengambil gorengan yang berada sedikit jauh dari mejanya, jadi Ardan memilih mengambil gorengan milik Railin. Gadis itu rasanya, ingin sekali menghajar Ardan yang berani-beraninya mengambil gorengan di piringnya.

Sejak tadi mereka tidak habis-habisnya merebutkan gorengan. Ingin rasanya Arsan memasukkan gorengan itu dengan minyak panasnya sekaligus, agar mulut mereka berhenti bicara.

Arsan mengalihkan pandangannya pada Joy, yang sedang melamun. Tiba-tiba saja Joy dengan moodnya yang dalam mode diam.

"Kenapa lo? Tumben banget ngelamun." Railin, Rey, dan Ardan yang mendengarnya ikut menyimak. Suara Joy memang tidak terdengar sedari tadi.


Joy yang mendengar pertanyaan dari Arsan menoleh lesu, tidak bersemangat. Ia menggelengkan kepala, membuat mereka semakin bingung dan bertanya-tanya apa yang telah terjadi pada Joy.

Railin jengah melihat Joy hanya diam, ia berterus terang dengan berkata, "Lo kenapa sih, Joy? Kalau ada masalah, ya cerita."

Mendengar perkataan Railin, Arsan terkekeh. Kata itu, lebih pantas ditujukan pada Railin daripada Joy. Tawa Arsan, membuat Railin bingung. "Kenapa lo ketawa?" sinis Railin.

"Harusnya, kata itu buat diri lo sendiri. Lo sadar gak, sih? Udah berminggu-minggu kita selalu bareng, tapi lo gak pernah cerita sama kita. Kenapa lo kabur dari rumah? Ada masalah apa? Kenapa bisa sampai kabur?"

"Gak usah sok kuat dengan mendem masalah lo, kalau bisa diungkapin, kenapa harus dipendam. Kalau ada yang mau mendengarkan, kalau ada yang bisa bantu menyelesaikan, buat apa lo sembunyiin?" tutur Arsan panjang lebar.

Baru kali ini Ardan melihat Arsan peduli pada selain mereka. Ia merasa Railin bisa menempati posisi dalam hati sangat ketua Rancher tersebut. "Peduli banget kayaknya lo, San. Gak kayak biasanya."

Railin terdiam, karena ucapan Arsan. Pria itu memang selalu bisa membuat Railin speechless dibuatnya. Railin bingung, apa dia harus menceritakan semuanya? Railin sudah lama bergabung dengan mereka, tapi tidak satupun yang Railin beritahu, dan selama ini ia selalu menyembunyikannya.

"Arsan bener, lo belum pernah cerita apapun tentang lo. Bahkan kenapa lo keluar dari rumah aja, kita gak tau. Setiap kita tanya pun, lo selalu mengalihkan pertanyaan. Sebenarnya ada apa?" sahut Rey. Dia tidak sebodoh itu untuk tidak tahu bahwa Railin selalu mengalihkan pertanyaan mereka.

"Ishh, kita tuh lagi ngomongin Joy! Kenapa ngomongin gue, sih? Nanti kalau gue mau cerita juga gue bakal cerita. Cuman belum tepat aja," jawab Railin. "Lo, kenapa sih Joy dari tadi diem mulu!" lanjut Railin bertanya.

RAISANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang