55. Akhir dari segalanya

7.3K 311 104
                                    


Aroma obat-obatan menyeruak masuk ke dalam hidung. Saat ini, mereka sedang menunggu di depan pintu UGD. Mereka semua hanya bisa mendoakan Railin. Sedangkan Gesha? Berhubung rumah sakit Railin dan Arsan sama, ia terlebih dulu menjumpai dokter yang menangani Arsan untuk menanyakan keadaannya.

Rey mulai memukul-mukul kepalanya sendiri. Mitha yang melihatnya langsung menghampiri Rey, dan mencoba menghentikannya. "Rey, berhenti. Lo kenapa?" ujar Mitha, yang membuat Joy, Ardan, dan Sella teralihkan pada mereka berdua. 

"Rey?"

Rey memeluk Mitha. Ia menangis, di pelukan gadis itu. "Seharusnya gue nggak ngebiarin Railin bawa kendaraan sendiri! Semuanya salah gue..."

"Arsan pasti kecewa sama gue..."

"Nggak.Ini bukan salah lo, Rey. Bukan. Semuanya udah takdir. Kalau semisal lo salah, berarti kita semua juga salah. Gue juga salah!" ujar Mitha, yang juga merasa bersalah.

"Mitha bener Rey, kalau lo salah. Kita juga salah," timpal Joy.

"Sekarang, kita ke ruangan Arsan aja. Kalian, jaga-jaga di sini. Kalau ada apa-apa, kalian kasih tau kita," ujar Ardan, pada Sella dan Mitha.

Mitha dan Sella mengangguk. "Ya udah, kalian temuin Arsan. Kita jagain Railin di sini," kata Mitha.

"Kalau ada apa-apa sama Arsan, kalian bilang ke gue sama Mitha juga, ya," ujar Sella, yang diangguki oleh Rey, Joy, dan Ardan.

Setelah itu mereka bertiga pergi dari sana, menuju ruangan Arsan. Di tengah perjalanan, mereka bertemu dengan Gesha yang sudah selesai menemui dokter yang menangani Arsan. Rey, Joy, dan Ardan menghampiri Gesha yang terlihat khawatir.

"Gesha!" panggil Ardan. Gesha yang merasa di panggil menghentikan langkahnya.

"Arsan gimana? Kata dokter apa?" Kali ini Joy yang bertanya.

"Memburuk..." jawab Gesha dengan sendu.

"Railin? Keadaan Railin gimana?" tanya Gesha.

"Kita gak tahu, dokter belum keluar dari ruangan Railin," jawab Rey.

"Gue mau keruangan Arsan, kalian mau ikut?"

"Iya, kita ikut," jawab Rey, Joy, dan Ardan serentak.

Gesha pun mengangguk, kemudian jalan terlebih dahulu. Rey, Joy, dan Ardan pun mengikuti Gesha di belakangnya.

Hingga sampailah mereka di depan pintu ruangan Arsan. Gesha membuka pintu itu, dan terlihatlah seorang pria yang terbaring lemah di atas brangkar rumah sakit. Mereka berempat masuk. Rey maju terlebih dahulu.

"San. Gue sadar, kalau gue sahabat yang buruk buat lo. Pertama, gue selalu salah paham sama lo. Ke dua, gue gak bisa jagain Railin. Orang yang lo sayang," ujar Rey, yang merasa bersalah.

Ardan yang tidak melihat adanya orang tua Arsan, berinisiatif untuk bertanya. "Gesh? Om Ardi sama tante Resa mana? Kok gak ada?"

Gesha menahan air matanya yang akan keluar. "Mereka gak tau apa-apa, Dan. Waktu itu, om Ardi sama tante Resa pamit keluar negri sama Sasa. Arsan gak pernah bilang sama orang tuanya. Dan sebelum Arsan kayak gini, dia pernah bilang sama gue... "

"Gesh, jangan kasih tahu siapapun, sebelum gue bener-bener sembuh. Termasuk orang tua gue sekalipun, apalagi sahabat gue dan Railin."

"Tapi gue gak mungkin ngebiarin Arsan melewati masa-masa ini sendiri. Makannya, gue mutusin buat ngasih tahu kalian terlebih dulu. Gue takut buat bilang sama om Ardi dan tante Resa."

Ardan menepuk-nepuk punggung Gesha. "Makasih Gesh, lo udah mau ngerawat Arsan. Di saat sahabat-sahabatnya menjauh dari dia."

"Ini salah gue. Harusnya gue gak setuju atas tindakan Arsan yang kayak gini," sesal Gesha.

RAISANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang