33. Penyerangan

3.3K 192 0
                                    

follow

➡ Baca

➡ Vote

➡ Komen

➡ Rekomendasikan

〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰

"Pak bos!" panggil Bams yang datang dengan terburu-buru menghampiri Arsan.

Arsan menoleh padanya, dengan pandangan bertanya. "Kenapa? Ada masalah?" tanya Arsan karena melihat raut wajah dari Bams yang berbeda, seperti ada masalah yang terjadi.

"Itu bos!"

"Itu apa? Ngomong yang bener elah! Nih sini mending makan dulu," cakap Ardan, sembari memakan makanan nya yang berada di atas meja.

"Dan, bagi gorengannya dong! Punya gue abis," pinta Railin, kepada Ardan.

"Enak aja! Nggak ada. Ngambil aja sono sendiri!"

"Lo pelit banget sih! Gue kan cuma minta dikit doang."

Arsan tersenyum tipis. Ia mengambil sepiring gorengan yang berada di hadapan Ardan, dan memberikannya pada Railin. Gadis itu tersenyum pada Arsan dan langsung mengambil sepiring gorengan itu, ia langsung melahapnya di hadapan Ardan. Sedangkan Ardan, dibuat melongo karena Arsan yang mengambil piring berisi gorengan miliknya.

"Aelah, San! Gorengan gue!" protes Ardan.

"Biarin aja sih, Dan. Lo kayak gak tahu bucin nya pak bos kita aja," goda Joy, pada Arsan.

"Eh? Sialan lo, Dan! Nasi goreng gue!" geram Rey, karena saat ia akan memakannya, Ardan tiba-tiba saja mengambil nasi goreng milik Rey.

"Kenapa, sih? Jangan pelit-pelit napa Rey! Sama temen sendiri juga."

"Sejak kapan gue nganggep lo temen?"

"Makanya Dan, jangan buat gara-gara. Gak di akuin noh sama pak waketu!" ledek Joy pada Ardan. Sedangkan Ardan hanya menggerutu tidak jelas.

Railin, Arsan, Rey, Ardan, dan Joy sedang berada di kantin sekolah mereka bersama dengan murid-murid lainnya karena sedang waktu beristirahat. Seperti biasanya Railin, Arsan, Rey, Ardan, dan Joy duduk dimeja yang sama. Namun saat mereka akan menyantap makanan yang mereka pesan, Bams datang dengan raut wajah seperti panik.

"Eh, iya! Kenapa Bams? Muka lo panik gitu, mau lahiran, ya?" tanya Railin pada Bams yang masih berdiri di dekat meja.

"Eh, Railin! Si Bams tuh bukan mau lahiran, tapi mau beranak," sahut Ardan

"Lo kira bakso beranak!" celetuk Joy, pada Ardan.

"Bisa diem gak!" gertak Rey. "Langsung aja Bams, kenapa?" lanjut Rey, bertanya pada Bams.

Bams menoleh pada Rey, dan beralih menatap Arsan bergantian. "Tadi gue denger laporan dari luar, kalau misalnya Avail bakal nyerang sekolah!"

"Apa!" reflek Railin, Arsan, Rey, Joy, dan Ardan serentak. Orang-orang yang berada dilingkungan kantin memusatkan perhatian mereka pada anggota Rancher yang sedang berkumpul itu.

Tunggu, Railin sepertinya ingat sesuatu. Ah, Avail! Geng sekolahnya dahulu, Railin baru mengingat itu. Musuh abadi sekolahnya dan juga Rancher. Tapi, untuk apa mereka datang kesini? Mencari keributan di area sekolah? Apa mereka tidak waras.

Arsan mengacak-acak rambutnya frustasi, karena tidak habis pikir dengan isi kepala musuhnya itu. Bisa-bisanya mereka mencari keributan di sekolah. Apa mereka sengaja mati di kandang musuh sendiri.

RAISANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang