46. Raiden pamit

3K 199 24
                                    


"Abang pulang, yeay!!" teriak seorang anak kecil nan manis, saat Arsan membuat pintu rumahnya yang tak lain adalah Sasa. Anak perempuan itu berlari kecil ke arah Arsan.

"Adek abang gak tidur siang, hm?" tanya Arsan, sembari menggendong dan menciumi wajah adiknya.

"Sasa mau di temenin sama Bang Ano," rengek Sasa, memeluk leher Arsan. 

Arsan terkekeh melihat tingkah Sasa, yang selalu membuat Arsan gemas. "Sasa mau apa sama bang Ano, emm Sasa udah makan?" tanya Arsan.

Sasa menggeleng lucu. "Belum, Sasa belum makan. Sasa nungguin Bang Ano, Sasa mau makan sama Bang Ano."

Arsan membawa Sasa menuju sofa, dan mendudukkan nya di sana. "Kenapa nungguin abang? Gimana kalau Bang Ano pulang sore? Atau pulang malem? Atau mungkin gak pulang?"

"Kalau Bang Ano gak pulang, Sasa ngambek! Sasa gak mau ngomong sama abang!" kata Sasa, memasang ekspresi marah yang justru terlihat lucu di mata Arsan. 

Arsan tersenyum pada adiknya itu. "Mana bisa sih abang nggak liat adik abang yang gemesin ini sehari aja, hm," ucap Arsan sembari mencubit pipi Sasa gemas.

"Bang Ano! Pipi Sasa sakit...." rengek Sasa. Resa yang mendengar suara rengekan Sasa pun muncul dari arah dapur.

"Haduh Sasa, kamu manja banget ya sama Bang Ano. Perasaan sama mama biasa-biasa aja, gak semanja ini. Mama kamu tuh, mama atau abang kamu sih?" ucapnya yang diakhiri dengan kekehan.

Arsan yang mendengar ucapan mamah itu mendengus. Seenaknya saja Arsan menjadi seorang mamah, memangnya Arsan ini perempuan apa? Menyebalkan. "Apaan sih mah, sembarangan banget sama anaknya sendiri juga."

"Ya udah sana, kamu ajak adik kamu makan. Tadi mamah juga udah masak buat kamu," titahnya pada Arsan.

"Okey, ayo Sa kita makan," ajak Arsan sembari menggendong adiknya itu menuju tempat meja makan.

▪▪▪▪▪▪▪

Di lain tempat, dua orang sedang menikmati makanan mereka. Tempat sederhana dan makanan sederhana, tetapi itu lebih nyaman untuk mereka berdua. Dua orang adalah Railin dan Raiden yang sedang menyantap makan siang mereka. Setelah serasa sudah selesai dengan makanannya, mereka meminum segelas es teh manis milik masing-masing.

"Oh iya Rai, nanti malem lo mau 'kan nemuin gue di bandara?" tanya Raiden membuka percakapan.

Railin mengangguk. "Bisa, tapi gue ajak Sella sama Mitha juga, ya? Soalnya tadi mereka mau ke markas, gak mungkin juga gue ninggalin mereka di markas."

"Ya udah gak papa, ajak aja." Walaupun Raiden sedikit tidak terima, karena waktunya berduaan dengan Railin terganggu dengan Sella dan Mitha. Tetapi, asalkan Railin datang ia terima saja.

Ngapain pake ngajak dua curut itu, sih? Kan gue gak bisa berduaan sama lo, Railin! Emang dasarnya lo gak peka, ya.

"Kenapa muka lo? Kayak kesel gitu," ujar Railin yang melihat perubahan wajah Raiden.

Raiden yang mendengarnya, mengubah ekspresi wajahnya kembali. "Gak papa, ini es teh manisnya asem!"

"Hah? Perasaan punya gue nggak asem, kok."

"Terus rasanya kayak gimana?" tanya Raiden.

"Ya, manis..." jawab Railin.

"Masa sih? Coba lu minum," titah Raiden menyuruh Railin untuk meminum es teh miliknya.

Railin menurut saja, ia meminum es teh itu sembari menatap Raiden. "Manis loh ini,"

"Iyalah manis, kan, lo minumnya sambil liat muka gue," ujar Raiden sembari tertawa dengan lepas. Saking kerasnya suara tawa dari Raiden, para pengunjung yang sedang makan di sana pun merasa risih mendengarnya. 

RAISANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang