31. Memaafkan

3.5K 195 0
                                    


Railin berjalan menuju kantin untuk menyusul teman-temannya, yang sudah lebih dulu pergi ke kantin. Ia berjalan menelusuri lorong sekolah menuju kantin, langkahnya sempat terhenti saat sebuah tangan mencekal nya. Railin menoleh, ia mengangkat sebelah alisnya.

"Apa?"

"Enggak."

"Apa, sih? Gak jelas lo!" ketus Railin. "Eh? Lo murid baru kelas gue tadi, kan?" tanya Railin.

Tentunya orang yang mencekal tangan Railin tadi adalah murid baru, Raiden. Entah kenapa, Raiden mencekal tangan Railin. Laki-laki itu pun bahkan tidak tahu jika tangannya bergerak menyentuh Railin. "Iya, gue murid baru. Gue, mau nanya. Kantin tuh, ada dimana? Udah, itu aja."

Railin mengangguk. "Ya udah bareng aja, gue juga mau ke kantin."

Raiden tersenyum.

Mereka berdua melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti. Dan melanjutkan perjalanannya menuju ke kantin, menyusul Arsan dan yang lainnya.

Sepanjang perjalanan menuju ke kantin baik Railin maupun Raiden hanya berdiam diri saja, tidak ada satupun dari mereka yang memulai percakapan. Suasana hati Railin menjadi turun karena Adis dan Rea, ia menjadi malas untuk berbicara. Sedangkan Raiden, ia tidak tahu harus mengatakan apa jadi ia lebih memilih diam.

Railin dan Raiden sudah berada di depan kantin. Gadis itu menghentikan langkahnya, membuat Raiden juga ikut berhenti. Raiden menatap Railin bingung, sedangkan Railin memandang ke arah meja yang dimana Rea dan Adis sedang tertawa bahagia. Sayup-sayup Railin mendengar obrolan mereka yang disahuti oleh Sella dan Mitha di meja sebelahnya.

"Hahahaha."

"Dih? Cabe gila," sindir Sella, pada Rea dan Adis yang berada di sebelah mejanya.

Rea dan Adis yang merasa sedang disindir pun menghentikan tawanya dan langsung menatap Sella. "Lo bilang kita cabe gila, hah?" sungut nya.

Sella dan Mitha tertawa. "Lah kalian ngerasa? Tapi bagus deh kalo ngerasa!" ujar Sella.

"Kalau udah ngerasa. Udah sadar. Ya rubah, tuh sifat!" ucap Mitha.

"Diem lo berdua! Gak usah ngatur kita!" tukas Adis.

Mitha dan Sella memutar bola mata malas. Rea dan Adis tidak pernah bisa di atur, walaupun untuk menjadi orang yang baik.

Sedangkan di meja Arsan, Rey, Joy, dan Ardan mereka tengah menunggu Railin. Namun, Railin tidak juga muncul. Sudah lumayan lama mereka berempat menunggu Railin.

"Railin kemana, sih?" ucap Ardan. "Laper nih gue!" lanjutnya.

"Buang air besar kali tuh orang. Lama banget, heran!" timpal Joy, yang juga sudah bosan menunggumu Railin.

"Sel! Mith!" panggil Ardan sedikit berteriak, memanggil Sella dan Mitha.

Sella dan Mitha yang dipanggil pun menoleh pada Ardan. "Apa?" sahut Mitha dan Sella.

"Railin mana sih? Kok lama banget?" tanya Joy.

Sella dan Mitha merenyit bingung, pandangan Sella dan Mitha mengarah pada Rea dan Adis yang saling bertatapan. Mereka melemparkan senyuman yang menurut Mitha dan Sella mencurigakan. Sella dan Mitha saling tatap, kemudian kembali menatap Rea dan Adis bergantian.

"Dimana Railin?" tanya Sella dan Mitha serius.

Arsan, Rey, Joy, dan Ardan menatap bingung Sella dan Mitha. Namun tak lama, mereka mengerti dan menatap Rea dan Adis penuh peringatan.

Sedangkan Railin yang melihatnya tersenyum miring. Gadis itu menoleh pada Raiden. "Lo, ngapain masih di sini?" tanya nya, pada Raiden yang masih berada di sampingnya.

RAISANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang