4. Dikeluarkan Sekolah

8.3K 456 17
                                    


4. Dikeluarkan Sekolah

Saat ini Railin tengah berjalan di lorong sekolahnya yang lumayan sepi, karena jam pelajaran sudah dimulai dari 8 menit yang lalu. Semalam dia tidak bisa tidur karena terus mengingat Raina, Via, dan Reta. Kantung mata gadis itu terlihat sedikit menghitam dan juga bengkak, akibat terus menerus menangis.

Sudah satu minggu lebih dia bolos sekolah, padahal Railin sudah menginjak kelas 12. Tapi tentunya, bukan tanpa alasan mengapa ia berani bolos. Hari itu, Railin memilih untuk tidak masuk karena menjaga Raina yang sewaktu masih di rumah sakit, dan ia juga perlu waktu untuk menerima kepergian sahabat terbaiknya.

Sekarang gadis itu sudah berada di depan kelasnya, Railin mengetuk pintu kelas itu. Tak lama kemudian, seorang guru keluar dari dalam kelas Railin.

Guru itu lalu berkata, "Railin, kemana saja kamu? Satu minggu lebih kamu tidak masuk! Sekalinya masuk malah terlambat. Kapan kamu disiplin, hah!" tegas guru itu, menarik perhatian orang-orang yang ada di dalam kelas.

"Maaf bu sebelumnya, saya punya urusan yang tidak bisa saya beritahu. Kemana saya satu minggu ini, bukan urusan ibu. Maaf sebelumnya kalau kata-kata saya tidak sopan, karena setiap orang punya privasinya sendiri." Railin sengaja tidak memberitahu apa yang ia alami, karena ia tidak ingin dikasihani dan ia juga tidak suka membagi ceritanya pada orang asing.

Helaan nafas terdengar dari guru tersebut. "Ya sudah, terserah kamu. Oh iya, kepala sekolah memberi tahu ibu untuk menyuruhmu datang ke ruangannya saat kamu sudah masuk. Jadi lebih baik, sekarang kamu segera ke ruangan kepala sekolah," beritahu guru itu.

"Iya, kalau begitu Railin izin ke ruang kepala sekolah dulu, bu."

Guru itu mengangguk sebagai balasannya. Railin pergi dari kelas menuju ruang kepala sekolah, entah apa yang akan dibicarakan oleh bapak kepala sekolahnya itu, Railin pun tidak tahu. Yang pasti, persaanya tidak menentu. Dia mengetuk pintu ruang kepala sekolah itu.

"Masuk!" sahut kepala sekolah, mempersilahkan Railin untuk masuk.

Railin membuka pintu itu dengan perlahan, kemudian ia bertanya, "Permisi, pak. Bapak manggil saya?"

"Ya. Duduk lah, Railin!" titah bapak kepala sekolah, kemudian Railin duduk berhadapan dengan kepala sekolah itu.

"Ada apa, bapak memanggil saya?"

"Kamu tahu bukan peraturan sekolah ini? Jika lima kali tidak memiliki keterangan maka akan saya keluarkan! Dan kamu? Hampir 2 minggu ini kamu tidak ada keterangan, kamu juga sudah menunggak spp selama 6 bulan," tegas nya.

"Maaf Pak, tapi saya punya alasan kenapa saya tidak masuk sekolah. Dan soal spp, saya tidak tau karena ayah saya...." Jawaban Railin terpotong oleh kepala sekolah itu.

"Kalo kamu memang punya alasannya, lalu kenapa kamu tidak mengabari sekolah? Kamu bisa izin, Railin! Tapi peraturan tetaplah peraturan kamu sudah melanggarnya, ini surat pengeluaran kamu." Kepala sekolah itu menyodorkan sebuah surat, yang diketahui adalah surat pengeluaran sekolah pada Railin.

Railin menerima surat yang diberikan. Dia keluar dari ruang itu setelah pamit ke pada kepala sekolahnya. Railin tau pasti Ayahnya akan marah, itu yang paling Railin takuti. Apa yang harus Railin lakukan setelah ini? Bagaimana cara menjelaskan pada Ayahnya?

"Jadi ayah gak bayarin spp, Rai?"

Railin berjalan keluar dari sekolah itu, dia terus berjalan tanpa tujuan. Berangkat sekolah tadi dia memakai angkutan umum, karena dia sedang malas mengendarai kendaraannya.

Rasanya dia tidak ingin pulang ke rumahnya, entah kaki Railin membawanya kemana. Saat ini, Railin merasa sangat haus setelah berjalan 20 menit lamanya. Dia memeriksa isi tasnya, untuk mengambil botol minum yang seingatnya sudah ia siapkan. 

RAISANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang