14. Kenangan Pahit Arsan

5.3K 266 7
                                    

14. Kenangan Pahit Arsan

"Pacar lo di mana, San? Dia satu sekolah sama kita gak? Cewek lo kayak gimana? Pasti cantik. Tapi yang cantik emang mau ya sama lo? Terus misalkan dia mau sama loー" Sebelum menyelesaikan ucapannya, Arsan menyela Railin.

"Gue gak punya pacar. Mending lo pulang sana, bantuin anak lain bersih-bersih markas! Dan lo di sini, bantuin buat cuci motor atau mobil aja. Gak usah berurusan sama mesin."

Raut wajah gadis itu berubah cemberut. Berhubung markas Rancher adalah tempat tinggalnya juga, ia tidak mungkin bersantai-santai di tempat ini dan mengabaikan mereka yang ada di sana.

Beranjak dari tempatnya, Railin berpamitan untuk pulang. "Ya udah, iya! Nih gue pergi ya, bos. Rey, Joy, Ardan, gue pulang duluan ya. Mau bantu yang lainnya, 'kan gak enak kalau gue gak bantuin mereka."

"Iya Rai, hati-hati di jalan. Bawa motornya gak usah ngebut-ngebut," pesan Rey.

"Okey! Dadah semuanya!" Railin melambaikan tangannya, dan berjalan menjauh dari mereka.

Melihat Railin sudah pergi, mereka bertiga memandang ke arah Arsan. Laki-laki itu kembali melamun, mereka tahu apa yang Arsan pikirkan. Sebagai teman yang paling mengetahui Arsan, Rey menginginkan temannya itu kembali seperti sediakala.

Rey menepuk bahu Arsan. "San, udah berapa kali kita bilang, lupain dia. Gak pantes cewek kayak dia, lo pikirin sampai selama ini!"

Menggerakkan bahu memutar agar Rey menurunkan tangannya, Arsan menatap mereka satu persatu secara bergantian. "Gue juga mau lupain dia. Gue mau hapus perasaan gue sama dia. Tapi gue gak ngerti dan gue gak punya jawaban, kenapa dia tega ngelakuin semua itu ke gue."

"Disaat gue udah bener-bener percaya kalau gak ada lagi perempuan yang terbaik buat gue, selain dia!" papar Arsan.

"Semuanya udah jelas, kan? Lo butuh penjelasan apalagi dari dia? Cewek itu, cuma sekedar nurutin perkataan cowoknya! Dan cowok itu bukan lo! Sadar itu, San..." sahut Joy, nada suaranya terdengar tegas.

"Jangan lupain harga diri lo, San. Lo harus bisa tegas sama diri lo sendiri. Kita tahu lo sayang sama dia. Tapi dengerin gue, dia sama sekali gak suka sama lo, apalagi peduli!" ujar Ardan, tidak kalah tegasnya.

Ketua Rancher di hadapan mereka saat ini, adalah teman mereka di waktu kecil. Sebagai seorang teman, mereka ingin Arsan bangkit dari keterpurukan patah hatinya. Mungkin tidak mudah, tetapi Arsan tetap harus mencobanya.

Kejadian itu, bermula sewaktu Arsan ingin merayakan hari bahagianya. Namun, semua berbanding terbalik dengan yang Arsan kira. Hari bahagia yang ia pikir, ternyata menjadi hari terburuknya. Dikhianati, oleh orang yang ia cintai. Perempuan yang ia anggap ratu hatinya, ternyata tak sebaik yang Arsan duga.

"Lo lupa sama kejadiannya? Kalau gitu, biar gue ingetin lo lagi, San...." ujar Ardan. "Waktu itu, lo..." Ardan memulai ceritanya.

"Bang! Gue mau mesen bunga nya," pesan Arsan, pada penjaga toko bunga.

Arsan tengah berada di sebuah toko bunga, membeli buket bunga untuk diberikan pada seseorang yang saat itu menjadi kekasihnya. Satu tahun sudah, perempuan itu mengisi kehidupan juga hati Arsan. Dia berniat merayakan hari bahagia mereka bersama sang kekasih, dengan memberikannya kejutan kecil.

RAISANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang