18. Marah?
Deruman suara motor saling bersahut-sahutan, hingga terdengar nyaring disebuah parkiran yang berada disekolah itu. Setelah tiga hari mereka tidak masuk, kini mereka kembali dari rumah sakit. Arsan, Joy, Ardan, dan Rey sudah memulai aktivitas sekolah seperti biasanya, setelah beralasan menjaga Railin di rumah sakit.
Sudah terhitung 3 hari Railin berada di rumah sakit, kemarin malam dia kembali pada markas Rancher yang kini telah menjadi tempat tinggal baru Railin. Mereka turun satu persatu dari motornya masing-masing.
Banyak dari mereka yang iri pada Railin, karena bisa berdekatan dengan para anggota inti Rancher itu. Railin yang melihatnya bahkan sampai bergidik ngeri, melihat tatapan mereka yang seperti akan memangsa Railin.
"Mata mereka pada serem gitu masa, jadi ngeri gue," kata Railin, sedikit merinding.
Mereka terkekeh mendengar, lalu melenggang mendahului Railin yang tengah menggerutu pada orang-orang yang menatapnya, hingga tidak menyadari bahwa keempat laki-laki itu sudah terlebih dahulu pergi ke kelas mereka.
"Gue ada salah apa coba? Gue 'kan cum-" Railin yang tersadar telah ditinggalkan oleh Arsan, Rey, Joy, dan Ardan pun menghentikan ucapan nya dan mendatar kan wajahnya.
"Temen sialan!" umpat Railin.
"Huhh!" Railin mendengus kesal, kemudian berjalan meninggalkan tempat parkir itu, menuju kelas dengan wajah datar dicampur dengan rasa kesal. Lihat saja, Railin tidak akan berbicara pada mereka lagi.
Gadis itu sudah berada di depan kelasnya. Arsan, Rey, Joy, Ardan yang melihat wajah datar Railin pun paham, bahwa Railin sedang dalam mode marah pada mereka. Railin masuk, mengabaikan mereka yang tengah menatapnya. Saat ini dirinya benar-benar kesal.
Railin duduk begitu saja tanpa memperdulikan Arsan disampingnya. Sedangkan Arsan mengangkat kedua bahunya. Bel jam pelajaran pun sudah berbunyi, pertanda jam KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) sudah dimulai.
Seorang guru berperawakan tinggi dengan perut buncit, tidak lupa kumis tebal hitam dibawah hidungnya masuk kedalam kelas itu. Namanya adalah Pak Rusdi, Guru paling killer diantara guru yang lainnya, yang ditakuti oleh mereka tidak terkecuali Arsan, Rey, Joy, dan Ardan. Pak Rusdi mengajar mata pelajaran Sejarah.
"Selamat pagi!"
"Pagi, pak!"
Pak Rusdi berjalan menuju meja khusus guru, dengan penggaris rotan juga buku-buku pelajaran yang berada di tangannya. Penggaris yang selalu ia benturkan pada mejanya, pada saat ada yang tidak memperhatikan dia saat menerangkan. Penghapus papan tulis yang selalu dia lemparkan, pada kepala salah satu dari mereka yang selalu tertidur saat mengerjakan tugasnya.
"Hari ini bapak akan menerangkan materi bab 4. Tentang sistem dan struktur politik dan ekonomi Indonesia masa orde Baru (1966-1998). Silahkan nanti kalian tulis, di akhir akan bapak berikan soal untuk kalian. Jadi simak baik-baik!"
Pak Rusdi mulai menjelaskan semuanya materi yang ia beritahu pada murid-muridnya dikelas itu.
~~~
Sekitar 3 jam otak mereka membeku, mendengar suara bel istirahat membuat mereka senang bukan main. Akhirnya, bisa terlepas dari pelajaran yang menurut mereka itu sedikit membosankan.
"Akhirnya selesai juga!" ujar mereka.
Sedangkan Railin, gadis itu masih bertahan pada mode marahnya. Mereka gelisah, takut jika Railin benar-benar marah.
"Rai, lo masihー" Saat Joy akan berbicara, Railin berdiri dari tempatnya membuat Joy tidak jadi melanjutkan perkataannya. Railin melangkah keluar kelas, tanpa mempedulikan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAISAN
Teen Fiction📍 Follow sebelum membaca! 📍 [ COMPLICATED ] || [FIRST STORY] || [REVISI] ▪▪▪▪▪▪▪ Pertemuan Railin dan Arsan, mungkin hanya sekedar pertemuan yang biasa saja. Namun, perjalanan hidup merekalah yang butuh perjuangan. Rintangan demi rintangan, mereka...