51. Menolong

3.1K 182 15
                                    


Jam ujian sudah selesai. Railin, Sella, Mitha, Rey, Joy, dan Ardan masih berada di dalam kelas mereka, sedangkan siswa dan siswi lainnya sudah pulang terlebih dahulu. Saat ini mereka tengah membicarakan Arsan, yang tidak kunjung datang untuk mengikuti ujian.

Apa mungkin Arsan tidak masuk hari ini, karena kejadian hari itu? Atau mungkin Arsan sedang bersama Gesha? Karena mereka berdua sama-sama tidak masuk hari ini. Sebelumnya Arsan tidak pernah seperti ini, tapi mengapa saat Gesha datang Arsan menjadi orang yang berbeda?

Joy mengusap wajahnya kasar. "Arsan kenapa sih? Setiap Gesha datang, dia pasti gak mikir tentang dirinya sendiri!"

Rey tersenyum miring menanggapinya, kemudian ia berkata, "Dirinya sendiri aja gak dipikirin, apalagi kita."

"Seburuk itu Gesha di mata kalian?" tanya Railin, yang menarik perhatian mereka.

"Iya!" jawab mereka dengan kompak.

"Buruk banget?"

"Iya!"

"Pake banget?"

"Iya!"

"Seburuk itu?"

"Iya, Railin!"

"Ah iya, santai bro!" ujar Railin, begitu semua pertanyaannya di jawab dengan kompak oleh Rey, Joy, Ardan, Sella, dan Mitha.

"Gimana kalau kita ... pergi ke rumah Arsan aja sekarang? Kita tanya sama om Ardi sama tante Resa," saran Ardan.

Rey menghembuskan nafasnya. "Ya udah, ayo."

Railin, Joy, Arda, Mitha dan Sella mengangguk. Mereka pun pergi meninggalkan kelasnya, ketempat mereka menyimpan kendaraan masing-masing. Setelah sampah di parkiran sekolah, mereka langsung menumpangi motor dan mobil mereka. Kemudian, melaju menuju rumah Arsan.

Mereka masih peduli pada Arsan. Mereka masih menganggap Arsan sahabat mereka. Karena yang mereka tahu, Arsan itu adalah sahabat yang baik. Hanya saja, kedatangan Gesha di hidup Arsan yang membuatnya berubah. Namun, belum sampai mereka di rumah Arsan. Mereka sudah berhenti terlebih dahulu, karena melihat Railin yang berada di paling depan menghentikan laju motornya.

"Eh, lu napa sih Railin? Gila lo, kalau mau berhenti bilang kek!" cetus Ardan.

"Aduh Rai! Lo mah ngada-ngada, udah tau gue orangnya kagetan!" sebal Sella.

"Lo kenapa Rai?" tanya Rey, dengan raut wajah bingung. Karena Railin hanya diam.

Railin membuka helm yang ia kenakan. Matanya tertuju pada seseorang yang sangat ia kenali. Orang itu, sedang di pukuli oleh beberapa orang di sana. Tanpa menjawab dan memperdulikan teman-temannya itu, Railin dengan sigap turun dari motornya dan berlari secepat mungkin.

"Railin mau kemana?" tanya Joy, yang kebingungan begitu melihat Railin pergi dengan tiba-tiba.

"Woi, Rai! Mau kemana?" teriak Ardan.

"Jangan lari-lari kenapa, sih? Capek gue nyusul lo, Rai!" teriak Sella, yang mengeluh lelah untuk mengejar Railin.

"Sut! Kalian ini kenapa sih? Bukannya susul Railin malah pada ngoceh!" omel Mitha pada Sella dan Ardan.

Rey berlari terlebih dahulu untuk menyusul Railin, diikuti oleh Joy dan Mitha yang menyusul. Sella dan Ardan yang merasa ditinggalkan, dibuat melongo di tempat.

"Kita di tinggal, Dan?"

"Pake nanya lagi lo, ijem! Ya iyalah! Gara-gara lo sih!"

"Heh, hama sawah! Lo kalau ngomong seenak jidat aja ya! Pake nyalahin gue lagi."

RAISANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang