48. Memundurkan Diri?

3.4K 193 13
                                    

Hari sudah mulai malam. Tapi seorang gadis, masih betah duduk di kursi dengan ditemani langit malam yang indah, dan angin malam yang menerpanya. Suasana pada malam ini, begitu dingin. Namun, bisa sedikit mendinginkan pikirannya. Gadis ini adalah Railin. Kali ini, ia tidak sedang berada di markasnya, tetapi ia menginap di rumah Mitha bersama Sella.

Orang tua Mitha sedang berada di luar kota. Makan dari itu Mitha mengajak Railin untuk tinggal di rumahnya dahulu. Semenjak kejadian tadi siang, Railin selalu murung dan melamun. Sella dan Mitha sudah melakukan banyak cara untuk menghibur Railin. Namun hasilnya, nihil. Suasana hati Railin sulit untuk diubah.

"Mitha? Ini Railin gimana? Di luar dingin banget, nanti dia bisa sakit!" ucap Sella yang khawatir pada Railin.

"Gue juga gak tahu. Dari tadi kita ajak, Railin cuma geleng-geleng kepala doang. Kita harus gimana dong? Besok lusa, kita udah mulai masuk sekolah. Mana harus ujian lagi!" kata Mitha.

"Ya udah, sekarang kita ajak lagi Railin masuk. Ini udah dingin banget masalahnya." Mereka berdua mendekat ke arah Railin yang masih fokus menatap ke langit.

Setelah sampai, Sella segara mengajak Railin untuk masuk. "Rai, masuk yuk. Udah malem." Railin menggelengkan kepalanya tanpa menoleh.

"Rai? Seenggaknya demi kita, ya. Kita kedinginan. Kita udah ngantuk. Tapi kita gak mau ninggalin lo sendirian di sini. Please..." ujar Mitha.

Gadis itu menoleh, ia hanya menganggukkan kepalanya saja sebagai respon. Sella dan Mitha tersenyum, begitu ditanggapi oleh Railin. Walaupun hanya anggukan yang mereka dapat, tapi mereka bersyukur karena Railin peduli pada mereka berdua. Gadis itu beranjak dan mulai masuk, meninggalkan Sella dan Mitha.

"Lah? Kita ditinggal," ucap Mitha.

"Yee, dasar! Ya udah, ayo Mith! Lo mau di sini? Gue kunciin lo ya," kata Sella, dan berjalan mendahului Mitha.

Mitha memutar bola matanya malas. "Emangnya ini rumah lo?" cetus Mitha dan berjalan menyusul Railin dan Sella.

Tiga perempuan itu sudah berada di sebuah ruangan. Yang di mana, ruangan ini adalah kamarnya Mitha. Saat Mitha dan Sella sudah terlelap, Railin masih membuka matanya mengingat kejadian tadi siang.

Pikirannya terus terbayang-bayang. Arsan, adalah orang yang sebelumnya memberi harapan padanya. Tapi kini, dia menjatuhkan dirinya dengan sangat keras. Harusnya Railin tahu, tidak seharusnya ia mempercayai orang lain dengan mudah setelah di khianati berkali-kali.

"Gue, nganggep lo sebagai sahabat dan anggota."

"Gue, sayang sama lo sebagai seorang sahabat yang melindungi sahabatnya."

"Dan hubungan gue sama Gesha, itu sama kayak hubungan gue yang dulu. Lo udah tahu, kan? Dan perasaan gue sama dia, gue cinta sama dia. Dulu, gue deketin lo karena gue gak bisa lupain Gesha. Awalnya, gue emang suka dan sayang sama lo. Tapi sikap lo, yang buat gue mundur."

"Gue, nganggep lo sebagai sahabat dan anggota."

"Sikap lo yang buat gue mundur."

"Gue, sayang sama lo sebagai seorang sahabat."

Ucapan Arsan, terus terngiang-ngiang. Railin meratapi jalan hidupnya, yang sangat miris untuk dijalani. Tapi gadis itu sadar, ia harus mencoba bangkit. Ia harus tetap tersenyum, ia harus tetap kuat, ia harus tetap bahagia dihadapan orang lain. Karena jika ia menunjukkan kesedihannya, orang-orang diluar sana akan menganggapnya orang yang lemah. Kalaupun ada orang yang baik, nantinya Railin akan dikasihani. Dan Railin juga tidak menyukai itu.

RAISANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang