"Bang ano! Main sama Sasa yuk!""Emm, Sasa! Abang masih ngantuk..." gumam Arsan, menimpali ajakan dari Sasa Adiknya.
"Bang Ano, main sama Sasa ayo!" Sasa terus saja mengguncangkan tubuh Arsan, yang terbaring di tempat tidurnya.
Arsan membuka matanya sempurna dan menghela napasnya, kemudian merubah posisinya menjadi duduk."Main apa Sasa? Ini udah malem. Tuh liat jam, udah jam sembilan malem. Besok aja ya, abang baru aja tidur," ujarnya sembari mengucek matanya.
"Abaaangg! Sasa mau esklim." Arsan mendengus. Mengapa adiknya ini menginginkan eskrim dimalam hari seperti ini?
"Iya. Besok abang beliin, pulang sekolah. Sekarang Sasa tidur, ya." Namun Sasa tetap bersikukuh agar malam ini ia mendapatkan eskrim yang ia inginkan.
"Mamah! Bang Ano gak mau beliin Sasa eskliiimmm!" teriak Sasa. Resa, mamah dari Arsan dan Sasa yang mendengar teriakan dari anak bungsunya itu langsung memasuki kamar milik Arsan.
"Aduh, Sasa kenapa teriak sayang?" tanya Resa.
"Bang Ano gak mau main cama beliin Sasa esklim," adu Sasa pada mamahnya.
Resa memandang Arsan dengan garang. "Beliin aja, San."
"Emang gak papa Sasa makan eskrim malem-malem gini?"
"Iya, gak apa-apa. Dia udah rewel banget dari tadi. Diajak sama papah gak mau, maunya sama kamu."
"Ya udah iya, Arsan beliin. Sasa tunggu di rumah ya," ucap Arsan.
"Sasa mau ikut Bang Ano," rengek Sasa pada Arsan. Arsan menghembuskan napasnya, kemudian beralih menatap Resa mamahnya.
"Ya udah sana. Jangan terlalu malam pulangnya!"
Arsan mengangguk. Ia beranjak dari tempat tidurnya, mengambil jaket yang tergantung. Kemudian ia keluar dari kamarnya, menuju kamar Sasa untuk mengambil jaket adiknya itu.
Setelahnya, Arsan kembali pada kamarnya dimana Adiknya sedang memainkan kunci motornya di atas tempat tidur Arsan.
"Sasa, ini pakai dulu jaketnya."
"Sasa nggak mau pake jaket!" tolak Sasa, saat Arsan akan memakaikan jaket pada Sasa.
"Nanti kalau Sasa gak pake jaket, Sasa sakit. Kalau Sasa sakit, Sasa harus minum obat yang pait. Emang mau?" bujuk Arsan pada Sasa yang tidak mau memakai jaketnya.
Sasa menggeleng. Ia tidak mau meminum obat yang sangat pahit menurutnya. "Ya udah, ayo pake jaketnya." Arsan kemudian memakaikan jaket itu pada Sasa. Kemudian Arsan bertanya pada Sasa.
"Sasa mau naik apa? Mobil atau Motor abang, hm?" tanya Arsan.
"Sasa mau naik motol abang." Arsan terkekeh mendengar jawaban dari adiknya ini. "Motor, Sasa..." ucap Arsan membenarkan sembari mencubit hidung Sasa pelan.
"Cama aja bang Ano!"
"Iya deh, sama. Ya udah yuk, nanti keburu kemalaman."
Sasa mengangguk dan merentangkan kedua tangannya, meminta Arsan untuk menggendongnya. Arsan geleng-geleng kepala melihat tingkah Sasa yang begitu manja padanya, tapi kemudian ia menggendong Sasa dan melangkah untuk keluar rumahnya.
Arsan dan Sasa adiknya, sudah berada di jalanan yang tidak terlalu ramai. Namun masih ada beberapa kedai yang buka di setiap pinggir-pinggir jalan, Arsan menempatkan Sasa di depannya.
Sebelah tangan Arsan, menahan tubuh Sasa adik kecilnya supaya tidak terjatuh. Cukup merepotkan memang. Namun, tidak apa jika hanya untuk Sasa. Arsan memakai helm fullface miliknya, dan Sasa yang Arsan kenakan helm kecil yang memang pas untuk Sasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAISAN
Teen Fiction📍 Follow sebelum membaca! 📍 [ COMPLICATED ] || [FIRST STORY] || [REVISI] ▪▪▪▪▪▪▪ Pertemuan Railin dan Arsan, mungkin hanya sekedar pertemuan yang biasa saja. Namun, perjalanan hidup merekalah yang butuh perjuangan. Rintangan demi rintangan, mereka...