13. Luka

5.1K 285 2
                                    


13. Luka

Railin dan yang lainnya sudah berada di bengkel milik Arsan. Mereka berlima duduk ditempat yang telah disiapkan, untuk pelanggan di bengkel itu. Yang berkerja di sini adalah sebagian dari anggota Rancher, mereka membutuhkan uang untuk keperluan hidup mereka. Dan itu juga yang membuat Arsan, mendirikan bengkel ini untuk dikelola bersama-sama.

"Wah, gede juga bengkel lo, San!" ujar Railin, yang kagum melihat bengkel milik Arsan.

"Biasa aja," sahut Arsan acuh, sembari mengangkat kedua bahunya.

Dalam diamnya, gadis itu tampak berpikir. Mengapa dirinya tidak bekerja disini saja? Railin juga cukup paham mengenai mesin. Mungkin ia harus meminta Arsan untuk menerimanya kerja di simi. Railin harus melanjutkan hidupnya, namun uang tabungan gadis itu sudah mulai menipis.

Railin berdehem. "San!" panggil Railin.

Arsan yang sedang bermain game online bersama dengan Rey, Joy, dan Ardan melirik sekilas pada Railin sembari berdehem sebagai jawaban. "Hm?"

"Gue boleh kerja di bengkel lo, nggak?" Ucapan Railin sontak membuat mereka langsung mengalihkan pandangannya pada gadis itu.

"Hah?" ucap mereka reflek.

"Kenapa? Boleh, ya?" tanya Railin, memasang wajah memelas nya. "Gue paham kok tentang mesin, serius deh!" lanjut Railin yang berusaha meyakinkan Arsan.

"Lo serius? Mau kerja di bengkelnya Arsan?" tanya Rey.

Railin mengangguk. Ia benar-benar butuh pekerjaan ini. Karena hanya ini yang Railin mengerti, Railin paham betul tentang masalah mesin walau masih perlu belajar. Tapi ia yakin, bahwa dirinya pasti bisa menangani masalah permesinan.

"Ini bukan kerjaan buat cewek, Rai. Lo gak mungkin kerja di sini," sahut Arsan.

"Tapi, San ... gue bisa bantu mereka di sini. Kerjaan tetap kerjaan, gak ada bedanya. Selagi hasilnya bukan dari kejahatan, apapun gue mau kerjain!"

"Sebenarnya lo ada masalah apa sih Rai, sama keluarga lo?" tanya Joy, ia merasa bingung dengan Railin yang seperti ini. Bukan hal lumrah jika seorang perempuan berkutat dengan mesin-mesin ini.

Sama seperti Joy yang juga merasa penasaran, Ardan menunggu jawaban yang selama ini mereka tunggu. Banyak hal yang belum mereka ketahui, karena Railin selalu menutupi kisahnya.

Arsan masih diam sembari memperhatikan Railin. Sebenarnya apa yang dialami gadis itu? Arsan dapat melihat rasa kesepian dalam raut wajahnya. Ia akan berusaha, mencari tahu apa yang sedang di hadapi Railin.

Berusaha untuk selalu ada setiap kali gadis itu membutuhkan seseorang, menjadi alasannya tertawa, menjadi tempat sandaran bagi Railin, dan menjadi orang yang bisa membahagiakan nya. Arsan ingin berusaha untuk itu.

Perasaannya ini, sudah menempatkan nama Railin di hatinya. Mungkin Arsan tidak bisa mengatakannya, tetapi ia yakin suatu saat ia bisa bersama dengan Railin. Entah itu di dunia nyata, atau mungkin mimpinya. Karena Arsan yakin, Railin hadir untuk melengkapi hidupnya.

"Hm, boleh!" jawab Arsan memberikan keputusan.

Railin yang mendengar itu tersenyum bahagia. Matanya berbinar menatap Arsan, membuat laki-laki itu tak bisa berpaling dari tingkahnya. Railin sangat lucu dimata Arsan. Dia bersorak kesenangan. "Yuhu, Arsan memang yang terbaik!"

"Biasa aja kali!"

"Kayak dapet dorpres aja!"

Railin menatap sinis Joy dan Ardan, mereka ini, apa tidak bisa melihat Railin bahagia sebentar saja? Kerjaan mereka hanya mengomentari perilaku orang lain. Sosok yang menyebalkan untuk seorang Railin.

RAISANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang