Pagi hari pun tiba. Railin sedang berada di kamarnya bersama Mitha dan Sella, yang menginap dengannya dari semalam. Ia sedari tadi mencoba untuk membangunkan ke-dua temannya itu, namun Mitha dan Sella tak juga terbangun dari tidurnya."Sela! Mitha! Bangun!"
"Woi! Udah siang ini!"
"Bangun gak lo berdua!"
Sudah banyak cara Railin lakukan untuk membangunkan ke-dua temannya ini. Mulai dari mengguncang-guncang tubuh mereka, berteriak-teriak, dan menggelitik Sella dan Mitha. Namun, reaksi mereka seolah tidak terganggu sama sekali. Menyebalkan untuk Railin.
"Temen siapa sih? Heran gue, susah banget dibangunin," gerutu Railin.
"Mitha! Sella! Gue sama yang lain mau nyari makan. Kalau lo berdua masih mau tidur, kita tinggal!" ancam Railin.
Mitha dan Sella yang mendengarnya pun langsung membuka mata mereka, dan beranjak dari tempat tidur itu. "Janganlah! Nanti gue kelaperan. Tega lo Rai, liat anak orang kelaperan," ujar Sella.
"Iya nih, main ninggalin aja," kata Mitha.
Railin memutar bola matanya malas. "Ya udah cepetan! Mandi sono! Kalian lama, kita tinggal!" Setelah mengatakan itu, Railin pergi dari kamarnya membiarkan Sella dan Mitha membersihkan badan mereka.
Sedangkan di sisi lain, Arsan, Rey, Joy, dan Ardan tengah berada di ruang tengah sembari berbincang dan bersenda gurau. Railin datang dan duduk tepat di samping Arsan.
"Sella sama Mitha mana?" tanya Joy.
"Mandi. Baru bangun mereka," jawab Railin.
"Wah bener-bener ya tuh orang dua, udah jam segini baru bangun!" celetuk Ardan, sembari menggeleng-geleng kan kepalanya.
"Kayak lo gak aja, Dan," timpal Railin, sembari tertawa.
Arsan memasukkan sebuah biskuit pada mulut Railin sehingga membuat gadis itu menghentikan tawanya. Railin mengunyah biskuit itu dengan tidak santai, sembari menatap tajam Arsan.
"Lo cewek. Kalau ketawa biasa aja."
"Suka-suka gue lah. Lagian, lebih nyaman jadi diri sendiri. Gue lebih nyaman kayak gini, dibandingin kayak cewek-cewek diluar sana yang terlalu maksain diri."
"Dia seakan-akan bertingkah laku baik untuk menarik perhatian seseorang, padahal aslinya ... buruk tingkah laku juga!" kata Railin dengan menggebu-gebu.
Arsan, Rey, Joy, dan Ardan terdiam memasang wajah bingung mereka sambil menatap Railin. Ia yang sadar atas perkataannya barusan, menggaruk rambutnya yang sama sekali tidak gatal sembari menampakkan deretan giginya.
"Lah santai napa? Erosi bae neng!" celetuk Ardan.
Joy yang berada di sampingnya menjitak kepala Ardan. "Emosi!"
"Kutu amuba lo udah kebiasaan ngejitak kepala gue!" balas Ardan.
"Heh! Emang amuba kutuan apa? Lo kali!"
"Wihh ada keributan nih! Ayo lanjutkan, gue gak suka perdamaian." Ucap seseorang yang datang mendekat, setelah selesai mandi.
Ardan berdecak, sembari menggelengkan kepalanya. "Ingatlah lagu ini wahai saudara sekalian! Ekhem.Perdamaiaaann .... perdamaiaaann ... per- emmhh!" Sella memasukkan sebuah bolu yang berada di atas meja, ke mulut Ardan sebelum ia menyelesaikannya.
"Ebuset, Sella! Lo bener-bener ye sama gue!"
"Apa? Bener-bener apa? Suara lo melengking, tahu gak! Bisa sampai kedengeran sampai ujung jalan kali," cetus Sella.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAISAN
Подростковая литература📍 Follow sebelum membaca! 📍 [ COMPLICATED ] || [FIRST STORY] || [REVISI] ▪▪▪▪▪▪▪ Pertemuan Railin dan Arsan, mungkin hanya sekedar pertemuan yang biasa saja. Namun, perjalanan hidup merekalah yang butuh perjuangan. Rintangan demi rintangan, mereka...