16. Bikin Khawatir!

4.7K 259 8
                                    


Orang punya caranya sendiri untuk menyayangi seseorang. Begitupun dengan aku, aku menyayangimu dengan caraku. Walau terkadang, kamu tidak pernah mengetahui hal itu.

( Arsan )

-HAPPY READING-

Sudah 10 menit mereka menunggu Railin sadar, namun gadis itu belum juga membuka matanya. Mereka mendengus kesal, dokter tadi bilang bahwa Railin akan segera sadar. Ardan yang merasa bosan, menghampiri ranjang Railin.

Tangannya menggerakkan tubuh Railin, menyuruhnya bangun. Mereka menatap Ardan dengan berbagai arti, namun tidak dipedulikan oleh Ardan yang masih menggerakkan tubuh gadis itu.

Ardan bedecak. "Bangun gak, lo!"

Railin mengerang sembari merenggangkan tangannya, seperti orang habis bangun dari tidur. "Eung ... apaan sih, lo! Ganggu gue tidur aja!" omel Railin, dengan mata masih tertutup.

Perkataan Railin sontak membuat mereka melongo olehnya. Jadi, dari tadi Railin tertidur? Mereka menunggu dan mengkhawatirkan orang yang sedang tertidur? Diwaktu yang sama mereka mendengus kasar.

"Sialan lo, Rai! Kita nungguin lo sadar, ternyata malah tidur!" ucap Joy kesal.

"Bikin khawatir aja lo, sumpah!" ucap Sella yang juga ikut kesal.

Railin membuka matanya menatap mereka. "Lah? Siapa yang suruh nungguin gue?" ucapnya acuh tak acuh.

"Kita nungguin, karena kita khawatir sama lo. Kalau kita nggak peduli, udah kita tinggalin lo di tengah jalan!" kata Ardan, kembali ke tempatnya semula.

"Kenapa lo gak mati aja sekalian?" ucap Arsan datar. Railin yang mendengarnya, membulatkan mata.

Gadis itu mendengus, kemudian ia tersenyum. "Kalo disuruh milih, gue juga gak pernah mau hidup di dunia ini kali, San." Ucapan Railin membuat pandangan mereka langsung mengarah pada Railin yang tersenyum, senyuman yang menyembunyikan rasa sakit. Senyuman yang memiliki banyak arti. Mulai dari kesepian, kehilangan, dan banyak lagi.

"Lo ngomong apa, hah!" sergah Arsan.

Railin tertawa kecil. "Dih, kenapa, lo? Tadi aja ngomongnya nyuruh gue mati, sekarang malah marah-marah!" kata Railin, mengingatkan ucapan Arsan yang sebelumnya.

Lagi-lagi Arsan menghela nalasnya. Berdebat dengan perempuan seperti Railin, memang tidak akan ada habisnya.

"Rai? Gue boleh nanya, gak?" kata Mitha.

Railin mengangkat sebelah alisnya, tak lama ia pun menganggukkan kepalanya.

"Waktu itu, gue sama Sella liat lo di kantin nolongin Geo, kan? Anak kelas 11 IPA 1?" tanya Mitha.

Tubuh Railin menegang seketika, kenapa harus menanyakan itu? Railin harus menjawab apa nantinya? Lagi-lagi Railin hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Kenapa lo nolongin dia?" kali ini Sella yang bertanya.

"Lo, kenal sama dia?" ucap Railin mengalihkan pertanyaan.

"Ya, iyalah! Siapa yang gak kenal Geo? Udah ganteng, paling pinter lagi sekelas 11. Dia juga sering ikut Olimpiade."

Railin berdehem malas, tidak cukup kah hanya keluarganya saja yang selalu memuji Geo? Mengapa teman-teman nya juga harus ikut memuji adiknya itu.

"Kalian kalau mau ngebahas dia, mending kalian pulang aja!" ucap Railin dengan nada dingin. Membuat mereka semua terkejut, dengan perubahan yang ditunjukkan.

"Lo kenapa sih, Rai?" tanya Rey.

Railin diam, tidak berniat menjawab. Suasana hatinya seketika menjadi hancur.

RAISANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang