Rey, Joy, Ardan, Sella, dan Mitha sontak dibuat terkejut begitu melihat Railin yang ditampar oleh Ayahnya sendiri."Loh? Om kok malah nampar Railin!" ucap Mitha yang tidak terima perlakuan Refan, yang tak lain adalah Ayah dari Geo dan juga Railin.
"Om! Railin yang udah nyelamatin Geo, loh. Kenapa om malah-" Belum sempat menyelesaikan perkataannya. Refan terlebih dulu menyela ucapan Sella.
"Kalau bukan karena dia tidak banyak tingkah, Geo mungkin tidak akan seperti ini! Lagi pula, ini masalah dia. Tapi kenapa anak saya yang harus terkena imbasnya!" selah Refan.
"Railin juga anak om!" sergah Rey, Joy, dan Ardan.
Refan menggeram. "Sudah lah! Pergi kalian dari sini!" usirnya.
"Om! Apa om gak ada niatan buat minta Railin balik lagi ke rumah ini?" tanya Rey, menahan Refan.
"Untuk apa saya memintanya kembali? Dia yang memilih pergi. Dan siapapun yang memilih pergi dari rumah ini, maka dia tidak boleh lagi kembali ke sini." Setelah mengatakan itu, Refan masuk ke dalam rumahnya dan menutup pintu dengan keras.
Sedangkan Railin, ia hanya bisa tersenyum melihat juga mendengar Ayahnya. Seharusnya Railin tahu, ia tidak akan mendapatkan kebahagiaan di sini. Tapi, ini justru akan menambah rasa sakitnya. "Kita pulang aja, yuk. Semuanya percuma."
Mitha tersenyum, tangannya mengusap punggung Railin untung menguatkannya. "Ya udah, kita pulang aja. Lo boleh tinggal di rumah gue kapanpun lo mau kok, Rai."
"Makasih ya, Mith."
"Buat sekarang kita pulang aja, mungkin kita ke rumah Arsan lain waktu. Kita emang gak ngerasain jadi lo itu gimana, tapi kita ngerti keadaan lo, Rai," ujar Joy.
"Iya, makasih ya. Kalian emang teman yang baik buat gue."
Setelah itu Railin, Rey, Joy, Ardan, Mitha, dan Sella pergi meninggalkan rumah itu. Tanpa mereka sadari, sedari tadi Geo melihat mereka di balik jendela. Geo sangat sedih atas perlakuan ayahnya pada Railin. Tapi dia bahagia, jika Railin mempunyai teman yang baik sedari dulu.
"Andai gue berani lawan ayah, gue pasti bisa selalu sama lo setiap saat, Rai. Tapi, sayangnya gue gak punya keberanian sebesar itu. Ini demi lo, Rai," monolog Geo.
__________________
Hari-hari sudah berlalu. Sudah seminggu Railin, Rey, Joy, Mitha, dan Sella menyelesaikan ujian di sekolahnya. Dan sudah seminggu pula mereka tidak pernah melihat Arsan ataupun Gesha. Sewaktu mereka mendatangi tempat kediaman Arsan, rumah itu selalu sepi. Hanya ada asisten dan penjaga rumah saja, mereka bahkan tidak tahu apa-apa.
Mereka sangat-sangat khawatir dengan keadaan Arsan yang menghilang begitu saja, tanpa ada kabar. Arsan bagaikan lenyap ditelan bumi. Mereka sama sekali tidak melihat Arsan, sejak hari di saat mereka bertengkar. bahkan Arsan begitu saja menyerahkan Rancher pada Rey.
Saat ini, mereka sedang berkumpul di aula sekolah. Karena hari ini adalah hari dimana para guru memberitahukan hasil ujian. Cukup menegangkan memang, karena mereka sangat berharap bahwa nama mereka di sebutkan untuk nilai yang memuaskan. Begitupun dengan Railin.
Di aula itu bukan hanya ada kelas 12 saja, namun juga ada kelas 11 dan 10. Masing-masing kelas itu, akan disebutkan siapa saja yang mendapatkan nilai terbaik di setiap angkatannya. Dan apakah Railin menjadi salah seorang yang mendapat nilai terbaik itu? Railin sangat mengharapkannya.
"Kira-kira siapa ya yang dapet nilai terbaik?" ujar Ardan yang penasaran.
"Yang pasti bukan lo!" cetus Joy.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAISAN
Teen Fiction📍 Follow sebelum membaca! 📍 [ COMPLICATED ] || [FIRST STORY] || [REVISI] ▪▪▪▪▪▪▪ Pertemuan Railin dan Arsan, mungkin hanya sekedar pertemuan yang biasa saja. Namun, perjalanan hidup merekalah yang butuh perjuangan. Rintangan demi rintangan, mereka...