"SERIUS?" respon semua orang yang ada di kelas itu terkejut.Railin dan Raiden menahan tawa mereka, wajah semua orang yang ada di kelas ini terlihat lucu. Hingga pada akhirnya, mereka sudah tidak bisa menahan tawanya lebih lama lagi.
"Hahaha!"
"Muka lo pada bjieerrr."
"Tolong kondisikan muka lo pada woi."
"Santai bro-bro ku."
Mereka yang mendengar tawa Railin dan Raiden, merubah raut wajah mereka menjadi datar. Bisa-bisa nya Railin dan Raiden mengerjai seluruh murid di kelas ini. Dan bisa-bisa nya mereka dikerjai oleh Railin dan Raiden.
"Heh kutu kupret! Nyari masalah aja sih lo berdua! Gak tau kita lagi enak-enak tidur apa!" ujar salah satu murid kelas itu, yang biasa dipanggil Ayan.
"Ya maap. Abis lo pada, kita dateng malah pada tidur! Lo lagi Yan, mana sampe ileran gitu lagi." Ayan terbelak, ia langsung mengusap area bibir dengan tangannya.
"Yaelah, sembarangan lo Rai kalau ngomong!"
"Satu kelas kompak tidur, bisa-bisanya."
Railin menghentikan tawanya, ia mengusap ujung matanya yang sedikit berair. Gadis itu melangkah menuju kursinya. Tanpa mereka semua sadari, ada salah satu orang yang melihat Railin dan Raiden dengan wajah datar dan dingin. Tangan orang itu terkepal di bawah meja.
Kenapa Railin bisa sama dia? Batinnya, yang tidak menyukai kedekatan antara Railin dan Raiden. Orang itu tentu saja, adalah Arsan Zeano Dirgantara.
Saat Railin akan duduk di kursinya. Arsan bangkit, ia melirik Railin sekilas dengan raut wajah yang terlihat flat. Kemudian Arsan melangkah keluar kelas, tanpa sepatah kata apapun. Rey, Joy, dan Ardan menatap bingung kepergian Arsan keluar kelas. Biasanya Arsan selalu mengajak mereka, atau kalau tidak Arsan selalu bilang pada mereka.
"Rai, lo samperin aja si Arsan," ujar Rey pada Railin yang memintanya untuk menemui Arsan.
"Lah, kok Railin? Kenapa gak kalian aja, kalian 'kan sahabatnya," sahut Raiden yang mendengar obrolan Railin dan Rey.
"Dih? Kenapa lo yang sewot!" cetus Joy pada Raiden.
"Loh ya jelas dong, masa iya cewek nyamperin cowok duluan. Lagian, lo pada kan sahabatnya ... siapa tuh? Arsan, iya Arsan. Harusnya kalian dong yang nyamperin."
"Heh, kodok jantan! Lo gak ada urusannya sama kita ya. Anak baru aja belagu!" sungut Ardan, yang merasa Raiden tengah mencari ribut dengan mereka.
"Terus? Kalau gue anak baru emang nya kenapa? Gue harus takut gitu sama lo pada? Jangan mentang-mentang kalian pawangnya sekolah ini. Terus kalian berkuasa gitu? Ini sekolah umum ya, bukan sekolah punya nenek moyang lo!" timpal Raiden, sambil sesekali terkekeh.
Rahang Joy, Rey, dan Ardan mengeras. Mereka merasa bahwa Raiden benar-benar mencari keributan dengan mereka.
"Heh! Kita gak pernah merasa sok berkuasa di sini! Kita juga gak pernah, minta mereka takut sama kita! Kita juga gak pernah minta, buat semua orang harus tahu siapa kita."
"Tapi satu hal yang mesti lo tahu, kita cuma minta buat saling menghargai!" papar Joy menjeda ucapannya.
"Lagian, selama lo di sini kita gak pernah ngapa-ngapain lo, kan? Kita gak pernah nyuruh-nyuruh lo, kita gak pernah bully lo. Kita juga gak nyuruh lo buat takut sama kita. Jadi gak usah sok tahu!" lanjut Joy, melanjutkan ucapannya yang terjeda.
Railin yang jengah melihat perdebatan itu, menghembuskan kasar nafasnya. "Udah, udah! Malah jadi ribut gini, sih? Tapi, Joy ada bener nya juga sih."
"Arsan itu, sahabat gue juga. Jadi biar gue yang nyamperin Arsan. Kalian mendingan duduk di tempat masing-masing! Awas aja kalau ribut lagi, gue gorok leher lo pada!"
KAMU SEDANG MEMBACA
RAISAN
Dla nastolatków📍 Follow sebelum membaca! 📍 [ COMPLICATED ] || [FIRST STORY] || [REVISI] ▪▪▪▪▪▪▪ Pertemuan Railin dan Arsan, mungkin hanya sekedar pertemuan yang biasa saja. Namun, perjalanan hidup merekalah yang butuh perjuangan. Rintangan demi rintangan, mereka...