26. Pertengkaran

4.3K 231 0
                                    


26. Pertengkaran

Sampailah Railin, Arsan, Rey, Joy, dan Ardan di sebuah warung makan biasa yang terletak di pinggir jalan. Walaupun begitu, mereka tidak masalah selagi tempatnya nyaman dan makanannya enak untuk dimakan. Railin pun lebih menyukai tempat seperti ini.

Sekaya apapun keluarga Railin, ia tidak pernah menunjukkannya. Karna Railin tahu, itu bukan dari hasil usahanya sendiri. Dan saat ini, Railin sedang berusaha dengan hasilnya sendiri. Hasil dari bekerja di bengkel Arsan, cukup untuk biaya sekolah.

Sedangkan untuk makan, Arsan yang selalu mentraktirnya. Railin sangat-sangat bersyukur untuk itu, setidaknya masih ada yang peduli pada Railin. Walaupun, bukan dari keluarganya.

"San! gue mau nambah, ya," pinta Railin, sembari mengedipkan kedua matanya beberapa kali pada Arsan.

Sedangkan Arsan, memandang Railin datar. Dari apa perutnya terbuat? Sampai-sampai 3 piring nasi bisa ia habiskan sendiri. Arsan mengangguk, mengiyakan saja kemauan gadis itu.

Railin tersenyum senang. "Bi, saya pesan lagi, ya. Sama minumnya deh, dua!" pesan Railin sedikit berteriak, agar terdengar oleh bibi warung itu.

"Buset Rai, gila lo! Abis berapa piring coba itu." Ardan dibuat geleng-geleng kepala, begitu melihat tumpukan piring didekat Railin.

Tubuh gadis tersebut tidak terlalu besar untuk memakan porsi yang banyak, tapi Railin benar-benar bisa menghabiskan semua. Memang sangat luar biasa bukan?

"Lah? Terserah gue, dong! Ribet banget lo tuh- aduhh!" belum sempat Railin menyelesaikan ucapannya, ia mengaduh kesakitan karena tangan yang terbalut perban itu terbentur ujung meja, dan membuat tangannya berdenyut nyeri.

Arsan, Rey, Ardan, dan Joy sedari tadi memang tidak menyadari luka Railin. Karena, Railin menggunakan sweeter panjang yang menutupi seluruh lengannya. Mereka yang mendengar suara Railin pun dibuat bingung, kenapa Railin meringis.

"Kenapa Rai?" tanya Rey.

Railin menggeleng. "Nggak apa-apa. Ini tangan gue cuma kejedot meja doang," ucap Railin, setengah berbohong. Tangannya memang terbentur, tapi ia tidak mengatakan bahwa tangan miliknya terluka.

"Coba gue lihat!" kata Arsan, matanya melihat Railin dengan pandangan curiga.

Tidak biasanya gadis itu memakai sweeter, hingga menutupi seluruh lengannya. Karena Railin selalu mengangkat lengan bajunya hingga ke bawah siku. Tapi sekarang kenapa nampak tidak biasa? Arsan tentu curiga.

Railin gugup, ketika Arsan berkata ingin melihat tangannya. Pria itumencekal tangan Railin, begitu gadis itu akan menyembunyikannya ke belakang badan.

Gadis tersebut berusaha melepaskan cekalannya, namun semakin ia menarik tangannya, luka yang ada semakin tertekan membuat rasa nyeri. Railin terdiam pasrah. Arsan menarik lengan baju Railin, hingga atas siku. Mereka seketika terkejut begitu melihat tangan Railin yang diperban, dan parahnya lagi darah Railin menembus pada perban itu.

"Rai, tangan lo!" Reflek Arsan, Rey, Joy dan Ardan.

Ia gugup setengah mati, hingga menjadi salah tingkah begitu melihat Arsan, Rey, Joy dan Ardan yang memandang Railin dengan pandangan mengintimidasi meminta penjelasan dari Railin.

"A-apa? Ini c-cuma luka biasa. I-itu tadi gue, emmm-"

Belum sempat Railin selesai berbicara, Arsan terlebih dahulu memotongnya. "Apa? Luka apa, Rai? Lo ngelukain diri sendiri cuma buat ngelampiasin masalah lo, iya?" selah Arsan. Ia benar-benar tak habis fikir dengan Railin, bisa-bisanya melukai diri sendiri hanya untuk melampiaskan sebuah masalah.

RAISANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang