12. Bengkel

5K 262 6
                                    

12. Bengkel

Terbaring di atas ranjang tidur yang ada dikamar miliknya, Arsan merasa begitu bosan. Hari ini ia tidak masuk sekolah, karena ini adalah hari libur. Ponsel milik Arsan terus bergetar, menandakan banyaknya pesan yang masuk. Arsan mengambil ponsel yang tersimpan di sampingnya, lalu membuka pesan di ponsel itu yang terus bergetar. Ternyata pesan itu berasal dari teman- temannya, yang tak lain adalah Ardan dan Joy.

Di dalam room chat tersebut, Ardan mengajak untuk pergi ke bengkel. Arsan hanya membacanya, tanpa berniat membalas. Melihat Railin ikut dalam obrolan tersebut, sudut bibir Arsan sedikit tertarik ke atas. Ketika Railin mengatakan ia ingin ikut pergi, Arsan langsung membalas pesan Railin, bahwa ia akan menjemputnya.

Dirasa tidak ada yang penting lagi, Arsan mematikan ponselnya selepas membaca pesan terakhir dari Joy. Ia berjalan mengambil jaket yang tergantung dan kunci motor yang ada di atas meja. Arsan kemudian keluar dari kamarnya, lalu berjalan kebawah mencari Resa untuk izin pergi ke bengkel.

"Mah?" panggil Arsan, sedikit berteriak agar suaranya terdengar.

Resa yang sedang berada di dapur, keluar dari arah dapur dengan pisau daging di tangannya. Membuat Arsan yang melihat pisau itu, langsung bersembunyi di belakang benda yang ada di dekatnya. Sedangkan Resa yang melihat tingkah anak itu dibuat bingung.

"Kamu kenapa sih, Ar?" tanya Resa, dengan kening yang berkerut bingung.

"Mamah ngapain bawa pisau gede gitu? Mamah mau bunuh Arsan, ya? Wah ... mamah gak boleh gitu! Masa anaknya sendiri mau dibunuh." Ucapan Arsan barusan, tentunya membuat Resa mendelik.

Rasanya wanita itu ingin mengabulkan ucapan Arsan, untuk mencincang anak tersebut layaknya ayam. Bisa-bisanya Arsan berbicara seperti itu.

Resa menyipitkan mata, tangan yang sedang memegang pisau, ia tunjukkan ke pada Arsan. Sedangkan tangan yang satunya, Resa simpan di pinggang membuat Arsan semakin bersembunyi. Lalu Resa berkata, "Kamu mau, mamah cincang-cincang, hm?"

"Jangan dong, mah! Nanti kalau abangnya Sasa mati, gimana? Kan kasian adik Arsan nanti gak punya abang lagi," ucap Arsan cepat.

"Huh!" dengus Resa. "Mamah habis motong daging ayam! Kamu tadi ngapain manggil mamah?" tanya Resa, sambil menurunkan pisau yang ada di tangannya ini.

Arsan lalu keluar dari tempat persembunyian nya tadi, dia berjalan menuju ke hadapan Resa. "Arsan mau ke bengkel, mah," jawab Arsan.

Wanita tersebut mengangguk. "Ya udah sana, kamu urus yang bener bengkelnya! Kalau gak bener, mamah jual sama kamunya sekalian!" Sontak ucapan Resa membuat Arsan melotot. Sebenarnya Arsan ini anaknya atau bukan? Arsan jadi ragu.

"Untung Arsan sayang sama mamah. Kalau enggak..."

"Kalau nggak kenapa?" sela Resa.

"Ya, gak papa. Udah ya mah, Arsan mau berangkat dulu. Dadah mamah nya Arsan yang cerewet." pamit Arsan, kemudian ia langsung mencium tangan Resa dan lari terbirit-birit sebelum mamahnya itu tersadar.

"Iya sana, eh-" Resa terdiam mengingat ucapan Arsan. "Tadi Arsan bilang- ARSAN KAMU BILANG MAMAH CEREWET, HAH!" teriak Resa, yang tersadar dengan ucapan anaknya itu. Resa dibuat geleng-geleng kepala melihat kelakuan anaknya, Arsan.

"Mana? Kata temen-temennya Arsan, dia pendiem banget. Arsan gak ada diem-diemnya, juga!"

Laki-laki itu, sudah berada di atas motornya. Ia melajukan motor yang dikendarai, menuju markas tempat Railin. Seperti pesan yang dikirim Arsan tadi, bahwa dia akan menjemput gadis tersebut.

RAISANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang