Hari itu belajar berjalan seperti biasa. Tidak ada yang istimewa bagi Sakura. Minus kedatangan orang tua Serre dan beberapa orang penting yang dibawa orang tua Serre.
Rupanya mereka akan melakukan penyelidikan disini. Awalnya mereka ragu, takut mengganggu proses belajar-mengajar. Untunglah, tidak apa-apa dan Kepala Sekolah memperbolehkan mereka.
Dan well, Karin dan kawanan nya dibawa. Malahan Sakura yang asyik memakan bekal nya di taman pun, ikut terseret kesana. Bersamaan dengan para korban bullying lain nya.
Disinilah mereka...
Di ruang kepala sekolah yang besar dan luas.
"Karin, kenapa kamu membawa anak-anak ini?" tanya Kepala Sekolah seraya menunjuk Sakura dan murid lain yang juga korban bully Karin dan geng nya.
"Karena saya rasa, salah satu di antara mereka pasti pelaku nya!" jawab Karin tegas. Bagaimanapun, ia tidak mau terlibat dan juga ia ingin mengungkap siapa pelaku teror itu. Ia bersumpah tak akan melepaskan dengan mudah!
"Kenapa kamu mengatakan itu dengan yakin?" tanya salah satu Detektif dengan penuh selidik.
"Karena mereka itu korban-"
Kata-kata Karin terhenti saat semua tatapan orang di ruangan itu tertuju padanya. Sial sekali, jika begini itu nama nya bunuh diri. Sama dengan memberitahu semua orang di ruangan itu bahwa dia dan geng nya suka membully murid yang lemah!.
"Korban? Korban bullying maksud mu?" tanya Detektif tajam. Karin hanya bisa meneguk ludah dengan susah payah. Tak lupa ia mencengkram erat rok nya cemas.
Kini giliran para Detektif itu bertanya satu persatu kepada orang-orang korban bullying itu. Sampai giliran Sakura...
"Oh, kamu Nona yang menyelamatkan Serre saat itu, kan?" tanya Ibu nya Serre terkejut. Sakura tersenyum tipis dan mengangguk. "Jika begitu.. apa kamu..." jelas yang di maksud adalah penuduhan akan kematian putri nya.
"Oh iya, Tante! Terakhir kali Serre pernah berurusan dengan nya! Apa mungkin... ia pelaku nya?" seru Shion histeris. Mendadak semua orang melayangkan tatapan tajam pada Sakura. Tak lupa dengan atmosfer sekitar yang berubah dingin.
"Saya tidak mengerti. Hanya karena saya yang terakhir mendapat bully-an, kenapa malah saya yang di tuduh?" ucap Sakura memasang ekspresi lesu.
"Saya sendiri tidak berdaya untuk melakukan perlawanan pada Serre dan geng kalian. Apalagi melakukan hal seperti itu?" ucap nya tenang. Membuat siapapun berpikir keras. Dan yah, ada benar nya juga.
"Tapi kan bisa saja dia menahan diri untuk balas dendam! Bisa saja, kan?!" seru Saara tak terima. "Cepat mengaku, dasar jalang! Pasti itu kamu kan pelaku nya!" seru Saara lagi. Bagaimanapun, ia begitu membenci Sakura. Karena gadis itu yang membuatnya putus dari Sasori.
"Kenapa kamu terus memaksa aku mengakui apa yang tidak aku lakukan?" jawab Sakura seraya mengernyitkan alis nya tak mengerti.
"Kepala Sekolah, Anda pasti tahu kan latar belakang saya yang lemah? Saya miskin, tidak berdaya... bagaimana mungkin saya mampu melakukan hal-hal sejauh itu?" tambah Sakura seraya menghela napas.
"Saya pikir mendapat beasiswa disini bagus... tapi nyatanya seperti ini."
Ada ejekan disana. Sekolah seelit dan sebagus ini, masih saja ada geng-gengan dan bullying dimana-mana. Seharusnya sekolah elit itu keren, berwawasan dan tidak seperti ini. Ini seperti sekolah kampungan yang menerapkan senioritas dimana-mana dan tindak bullying!.
"Nona, saya mengerti. Memang sudah biasa yang kuat untuk menindas yang lemah!" kata Detektif seraya menghela napas. Anak-anak jaman sekarang memang ada-ada saja. Hal seperti bullying itu seolah bukan hal aneh bagi mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Pure
FanficSemenjak kedatangan pemuda itu, semuanya berubah... Semenjak dia menanyakan Alaska, semuanya berubah... Dan semenjak dia berada disana, semuanya berubah... Berbagai misteri muncul satu persatu. Dimulai dari salah satu antek geng pembully itu... dan...