"Terimakasih. Berkat pertolongan pertama yang kamu berikan, mampu menyelamatkan nyawa putri kami!"
Sepasang pasutri paruh baya membungkuk penuh rasa terimakasih pada sosok gadis di hadapan nya. Ya, dia Sakura. Gadis itu tersenyum tipis. "Sudah seharusnya itu aku lakukan." jawab Sakura sopan.
Para pasangan itu pun bergegas berpamitan padanya untuk menyelesaikan urusan administrasi. Setelah itu, hanya tinggal Sakura.
"Ah, aku tak membawa pakaian ganti!" gumam Sakura. Kebetulan sekali, seorang dokter yang juga menangani gadis itu pun muncul. Dia nampak sangat muda dan juga... tampan. Ia tersenyum seraya membawa kantong kertas.
"Nona Haruno, terimakasih. Kau memang cekatan. Aku seharusnya tahu dari dulu. Ini, baju ganti untukmu!" kata nya lembut. "Terimakasih, Dokter. Kau terlalu memujiku." jawab nya sopan seraya menerima kantong kertas itu.
Dokter muda itu pun berpamitan dan Sakura segera bergegas untuk mengganti seragam nya.
Sementara itu...
Di sekolah, Ino dan yang lainnya berkumpul. Situasi kembali kondusif karena pihak sekolah segera menangani dengan cepat. Sementara beberapa siswa di tanyai oleh polisi sebagai saksi.
"Mengerikan! Baru saja kemarin ada yang meninggal, sekarang jatuh... dan semuanya anak buah Karin! Sebenarnya... ada apa ini?" tanya Ino seraya bergidik ngeri.
"Apa ini... pembalasan dendam?" tanya Tenten. "Jika ya, siapa yang bernyali?" sambung Temari. "Tapi... menurut laporan saksi, gadis itu melompat sendiri..." kata Hinata ragu. Kembali, semuanya diam.
"Jika begitu, itu hanya kebetulan!" kata Naruto sok tahu. "Jika kasus pertama, itu sangat mungkin pembunuhan. Dilihat bagaimana bersih dan rapinya. Bukankah laporan nya tidak ada seorang pun yang tertangkap kamera CCTV? Mungkin penjahat nya berhasil meretas. Juga, tak ditemukan sidik jari mencurigakan. Apalagi kamera CCTV di kamar tidak merekam saat pembunuhan. Yang berarti..." kata Shikamaru menjelaskan analisis nya.
"Pembunuhan berencana!" sambung Neji. Semuanya terkejut. Shikamaru mengangguk menyetujui. "Penjahat nya kejam dan sadis sekali! Apalagi tak ada jejak darah sekalipun!" timpal Shino. Mereka lagi-lagi mengangguk. Sementara itu, mereka tak menyadari tentang Sasuke yang diam saja.
Pemuda itu nampak sedikit mengernyitkan alis nya. Namun, jelas... ada seringai tersembunyi di bibir nya.
🌹🌹
Sakura kembali ke sekolah.
Dia diserbu banyak pertanyaan oleh Ino dan yang lainnya. Dan Sakura mampu menjawabnya satu persatu. Sekarang satu jam pelajaran lagi. Sakura sudah tidak mood semenjak kembali dari rumah sakit.
Bel pulang pun berbunyi...
Ino benar-benar ingin dia ikut. Tapi, Sakura ada pekerjaan dan mood nya tidak cukup baik. Jadi, Ino pun berhenti merengek dan membiarkan Sakura pergi.
Sakura dengan tergesa segera pulang. Untuk memperbaiki mood nya, ia berendam sebentar sebelum segera bergegas pergi untuk mengajar.
Ia datang ke sebuah apartemen mewah yang letaknya cukup jauh dari rumah nya. Ya, walau jauh sekalipun, demi uang, ia rela datang jauh-jauh. Ia mengecek ponselnya. Setidaknya ia akan datang tepat waktu. Karena biasanya ia akan sampai lebih awal dibanding jam perjanjian.
Selama perjalanan itu, Sakura hanya sibuk dengan ponsel dan airpods nya, mendengarkan lagu-lagu dari ponsel pintar nya. Hingga setelah beberapa saat melakukan perjalanan, sampai lah dia ditempat tujuan nya.
Ia memandangi takjub area apartemen itu yang terkesan mewah dan berkelas. Ia yakin, harga nya selangit dan hanya para konglomerat yang akan menempatinya. Menggelengkan kepalanya pelan, ia memilih segera bergegas pergi menuju tempat tujuan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Pure
FanfictionSemenjak kedatangan pemuda itu, semuanya berubah... Semenjak dia menanyakan Alaska, semuanya berubah... Dan semenjak dia berada disana, semuanya berubah... Berbagai misteri muncul satu persatu. Dimulai dari salah satu antek geng pembully itu... dan...