"Nona Haruno Sakura, bukan?"
Uh...
"Ya? Ada apa, ya?" tanya Sakura memandangi dua orang berseragam rapi di depan nya dengan tatapan heran.
"Kami disini untuk menjalankan tugas, perintah untuk mengawasi dan menyelidiki Anda selama beberapa hari." jawab seorang pria yang menenteng mantel coklat.
"Kenapa tidak meminta izin dulu padaku?" cetus Sakura dingin. Ia baru saja keluar dari tempat kerja part time nya dan akan bergegas ke apartemen Gaara, namun di halangi orang-orang ini.
"Maafkam kami, Nona. Kami sebelumnya tak sempat memberitahu Anda." keduanya menunduk sopan. Sakura mengangguk dan tersenyum tipis. Terserahlah, toh tak akan berguna.
Baru saja dua pria itu hendak mengatakan lebih lanjut, entah mengapa merasa punggung mereka dingin dan seolah di tusuk ribuan pedang super tajam, sangat menyakitkan. Tapi, mereka tak tahu darimana itu berasal.
Di dalam sebuah mobil...
Karena keempat Uchiha itu berniat berkomplot bersama, jadi mereka memilih untuk satu mobil dan menyerahkan dua mobil lain nya kepada bawahan mereka untuk menaruh kembali mobil mereka ke mansion.
Begitu melihat dan mendengarkan percakapan dua orang itu pada Sakura, membuat wajah mereka gelap dan suram seperti pantat panci.
"Apa-apaan ini?! Mereka nampak nya ingin mati!" cetus Madara dingin. Namun, iris onyx nya menajam dan perlahan memerah. "Ancaman ku sepertinya dianggap bermain-main." tambah Sasuke. Ia sudah mengira, bahwa itu, pasti dilakukan orang tua Shion yang di setujui orang tua siswi lain nya.
"Tapi biarkan lah, Kakak Peri pasti mampu mengatasi nya. Bagi nya, ini bukan hal besar!" cetus Izuna seraya tersenyum manis. "Benar juga. Kita tak boleh terlalu banyak turun tangan. Dia bisa tidak puas. Kita tunggu saja sampai kondisi nya tidak bagus." setuju Madara.
Akhirnya, mereka pun pergi membuntuti Sakura dengan dua orang itu. Ke apartemen Gaara.
Sakura sendiri tetap santai dan beberapa kali menjawab dengan ramah saat ditanyai petugas itu. Berhasil membuat petugas itu menurunkan kewaspadaan mereka. Karena, dilihat dan didengar dari nada bicara Sakura, gadis itu nampak lemah lembut. Dan rasanya mustahil jika ialah pelaku pembunuhan itu.
"Nona, kemana ini?" tanya petugas bernama Eiji. "Ke apartemen murid ku." jawab Sakura santai. Mereka mengangguk. Hingga sesampainya di tempat Gaara....
"Siapa mereka?!"
Tentu saja pemuda bersurai merah itu berseru protes. Ia merasa kesal karena ada gangguan tambahan. Bagaimanapun, ia tidak terbiasa jika ada orang tambahan yang mengganggu nya dan Sakura.
"Ini petugas yang ditugaskan untuk mengawasiku." jawab Sakura yang lagi-lagi diangguki dua pengawas itu. Gaara merengut kesal. "Mereka menduga kamu pelaku nya lagi? Dan sengaja mengirim mereka untuk mengawasi mu karena kecurigaan mereka?" cetus Gaara tepat sasaran.
"Tidak hanya kepada Nona Sakura saja. Beberapa murid lain nya pun mendapat pengawas juga." sela Fumio yang dibalas kernyitan tak puas Gaara. "Yasudah, kalian sebaiknya menyingkir sana. Aku tak bisa konsentrasi jika ada orang tambahan!" usir Gaara tanpa ragu.
"Tapi-"
"Kalian mau ditendang dari tempat kalian bekerja?" potong Gaara seraya memelototi keduanya mengancam.
"Ah, ba-baik! Nona Sakura, kami akan menunggu di bawah!" kata Eiji berpamitan. "Apa tak merepotkan kalian? Maaf yaa!" jawab Sakura seraya tersenyum tak enak.
"Ta-tak apa, Nona. Ekhem, kami permisi!"
Sembari menyret Fumio, Eiji segera menghilang dengan kecepatan tak diduga. Diam-diam Sakura menyeringai tipis, menggoda dan berbahaya. Well, wajah yang membawa bencana ini, setidaknya memberi beberapa keuntungan.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Pure
FanficSemenjak kedatangan pemuda itu, semuanya berubah... Semenjak dia menanyakan Alaska, semuanya berubah... Dan semenjak dia berada disana, semuanya berubah... Berbagai misteri muncul satu persatu. Dimulai dari salah satu antek geng pembully itu... dan...