Sekolah gempar dan ramai karena berita pembantaian itu. Ino dkk bahkan terus-menerus membahas nya.
Sakura sendiri bahkan ikut bergabung dan nampak khawatir. Sasuke sendiri hanya bisa mengagumi ketebalan muka dan akting Sakura. Ia nampak tak merasa bersalah sama sekali.
Walau keturunan mereka menjunjung tinggi kehormatan, adab dan sopan santun, mereka sebisa mungkin tidak melukai manusia biasa. Apalagi sampai membunuh manusia. Bagi mereka, tindakan langsung seperti itu tidak elegan sama sekali.
Karena biasanya jika memang ingin, akan dilakukan dengan cara terhomat. Yah, seperti Shisui yang akan membiarkan mangsa menggoda nya sebelum akhirnya dibunuh atau dia yang dengan sopan datang ke bar sebelum kemudian melakukan pembantaian.
Apalagi ras mereka istimewa. Karena darah langsung dari leluhur.
Tapi gadis di depan nya ini...
Ia tanpa ragu menggunakan metode konfrontasi langsung tanpa ba bi bu. Ia bahkan bermain-main dan bersikap kurang ajar. Itu adalah salah satu hal yang tidak bisa dia percayai bahwa gadis di depan nya ini termasuk makhluk sejenis dengan nya.
Hanya saja, ia tidak terdeteksi. Ia nampak seperti manusia biasa, kekuatan nya tidak nampak jelas, namun pertahanan nya menahan segala nya, mampu membuatnya kaget.
"Oho, ngomong-ngomong... aku baru ingat. Kemarin kan kita mengutuk mereka. Tak kusangka itu akan benar-benar terjadi!" kata Ino seraya membulatkan matanya.
"Ah, benar juga." kata Temari menyetujui. "Yah, berharap saja kita tak akan terkena!" kata Tenten penuh harap. "Yah, semoga saja!" angguk semua setuju. Minus Sasuke yang tetap diam, menyeringai halus seraya memandangi dan memperhatikan permainan Sakura.
"Tapi... kupikir pelaku ini bisa jadi salah satu korban Karin dan kawanan nya!" kata Shikamaru mulai berasumsi. "Yup. Jika dilihat dari pola pembantaian nya, ini seperti dendam pribadi. Dan rata-rata, semua korban nya anak buah trio itu." setuju Neji mengembangkan teori nya.
"Rata-rata? Jangan bercanda! Semua anak buah nya mati!" kata Naruto penuh kenyakinan. Mereka mengangguk setuju.
"Jika begini, pasti para orang tua korban akan protes dan memburu pelaku. Belum lagi, mereka pasti akan menuduh trio itu, selaku pemimpin anak-anak sebagai penyebab dan pembawa pengaruh buruk." cetus Tenten yang diangguki lagi.
"Aku sedikit prihatin pada Sepupu ku, tapi kurasa ia memang pantas mendapatkan nya. Ia menuai apa yang ia tabur." kata Naruto yang secara tak terduga menjadi bijak. "Maka dari itu, hilangkan senioritas atau pembully-an. Kita tak akan tahu siapa orang yang kita singgung." kata Sai seraya bersandar di kursi nya dan merangkul Ino.
"Oh, ya... kudengar pelaku nya itu laki-laki, ya? Karena tepat setelah acara pembantaian anak buah trio itu, pembantaian juga terjadi di salah satu bar. Yang kebetulan sekali, tempat trio itu dan para anak buah berkumpul." kata Naruto. Nampak nya ia mulai antusias membahas perkara teka-teki ini.
"Tapi... bukankah ada yang aneh?" cetus Hinata yang sedari tadi menyimak. "Maksudnya?" tanya Naruto tak mengerti. Memang dasar dia itu. Hinata menghela napas. Pacar nya ini... benar-benar membuatnya gregetan.
"Maksud nya... jika memang ya... kenapa bisa tepat sekali?. Bukankah kata kamu, bar itu tempat mereka biasa berkumpul? Dan menurut berita, bar itu letak nya memang agak jauh dan tersembunyi. Seharusnya sulit di akses. Sekaligus... pembunuh tak mungkin datang dari membantai para gadis dan langsung membantai orang-orang di bar, bukan? Setidaknya ada jeda selama perjalanan." jelas Sakura yang sedari tadi menyimak.
"Tapi... bisa jadi ia bekerja sama dengan orang lain. Atau tidak, menyewa orang-orang, bukan?" cetus Sasuke tiba-tiba, seraya tersenyum tipis seraya memandangi Sakura dalam. Sakura menahan senyum kesal nya. Bocah di depan nya ini rupanya menantang nya.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Pure
FanfictionSemenjak kedatangan pemuda itu, semuanya berubah... Semenjak dia menanyakan Alaska, semuanya berubah... Dan semenjak dia berada disana, semuanya berubah... Berbagai misteri muncul satu persatu. Dimulai dari salah satu antek geng pembully itu... dan...