58. Provokasi

325 75 6
                                        

Sakura jatuh terduduk saat merasakan rasa sakit di sekujur tubuh nya. Saking sakit nya, ia sudah tak mampu berdiri. Jelas, tindakan nya itu mengejutkan mereka semua, termasuk Sasuke yang fokus nya pecah.

"Cherry!!!"

Sasuke melompat dan meraih Sakura. Sarada segera melompat memeluk Mama nya. Ia tak bisa menahan dirinya dan menangis. Air mata darah nya mengalir dari mata indah nya.

"Half-Pure?"

Indra menyipitkan matanya tajam. Aroma darah gadis kecil itu tercium jelas dan itu mampu membuat mereka, para vampir disana, goyah seketika. Bagaimanapun, itu harum dan manis. Namun, itu berbeda dengan harum dan manis biasa. Yang ini, nampak ada keistimewaan, entah apa itu.

"Sasuke... cepat bawa Sarada pergi... cepat... kumohon..."

Tidak ada ancaman, tapi permohonan. Ia tak bisa bergerak. Sial, ia bahkan belum melakukan penyerangan, namun sakit itu sudah menginvasi sekujur tubuh nya.

"Kekuatanmu...."

Sasuke membulatkan matanya tak percaya. Ia menatap Sakura yang menunduk, mengeratkan pelukan nya pada Sarada.

"Itulah efek negatif yang terjadi pada nya, Sasuke."

Indra melangkah maju dan mengkode agar bawahan nya dan para pemburu itu mundur dan tidak menyerang.

"Dia melahirkan bencana. Tentu saja, itu pun akan berimbas pada dirinya. Saat ini, di depan mu ini layak nya 'cangkang' saja. Lemah, rentan dan mudah musnah." cetus Indra tanpa memikirkan kata-kata nya.

"Apa?!"

Sasuke terkejut!

Apa maksudnya ini?!

Melihat reaksi besar Sasuke, Indra mengerti. Kemudian, ia menatap Sakura yang menatapnya tajam. Namun, Indra tak terpengaruh. Bahkan sengaja memberikan senyuman lembut.

"Kamu tidak pernah berubah, Sakura. Tetap arogan, namun diam-diam mempedulikan seseorang. Kau tahu, Sasuke? Sakura bisa saja selamat dan kekuatan nya utuh jika kamu berhasil membunuh anak mu itu sejak masih dalam perut Ibu nya."

A-apa?!

Sakura mengeratkan pelukan nya pada Sarada.

"Jiwa nya, kekuatan nya, semua diambil paksa putrimu selama ia masih berada di perut Ibunya."

Sasuke semakin kaku. Ia menatap Sakura tak percaya. Inilah alasan mengapa Sakura selalu bersembunyi di ruang kerja nya dan sengaja menyembunyikan kehamilan nya?! Inikah....

"Sekarang sudah terlambat, Sasuke. Racun nya melukainya dan dia akan segera hilang dari keabadian mu... dan tak akan pernah kembali. Lalu, kamu akan ditinggalkan, bersama bencana ini.... monster... pembunuh...."

Sarada semakin ketakutan. Apalagi saat tatapan tajam sang Papa tertuju padanya.

"Kau tahu jelas, Sasuke... pasangan mu ini individual yang mandiri, independen dan mampu mengatasi segalanya. Sepanjang keabadian nya, ia tak pernah membutuhkan pendamping. Ia ingin meninggalkan mu karena ketidak-"

"Jangan dengarkan, Sasuke! Itu karena ia tidak pernah mendapatkan apa yang kamu dapatkan sekarang! Tidakkah kamu mengerti?!" seru Sakura memotong kata-kata nya, menahan rasa sakitnya sekuat tenaga hanya untuk mengatakan itu.

"Aku tidak pernah memiliki pemikiran seperti itu padamu! Jika aku memang berniat seperti itu, sudah kulakan dari jauh hari! Kenapa aku harus menunggu hari ini?!" walau suaranya nampak lemah sekalipun, ada kearoganan dan kesombongan nya yang biasa.

Memang, Sakura tak akan repot melakukan hal seperti itu disaat seperti ini.

"Sasuke... apa hari yang telah kita bertiga lalui selama ini tidak cukup untuk menyakinkan mu?" bisik Sakura dalam. Ia tak lagi menatap Sasuke dan memilih fokus dengan little girl nya, Sarada yang terus meringkuk dalam pelukan nya. Sakura sekuat tenaga berdiri, tepat di depan Sarada. Tangan nya memegangi tangan gadis kecil nya yang sengaja ia sembunyikan di belakang tubuh nya.

The PureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang