3. Aksi Kedua Geng

74 15 4
                                    

HAI AYO LANJUT BACA ANAK BOBROK LAGI

HAPPY READING
.
.
.

Aksi Kedua Geng

"Aku percaya, kata mustahil tak pernah ada di sisi Tuhan." –Nisya Raina Sahda

Nisya memberenggut kesal sambil mengusap kepalanya yang nyeri menabrak ilusi truk molen itu. Dia membalikkan badannya dengan keadaan kusam. Cewek  berparas cantik itu lantas mengernyit geram. Ia tak mengenal siapa sosok yang baru saja ia tabrak barusan.

Mereka saling memandang tajam. Semua siswa-siswi yang berada di koridor terdiam menyaksikan kejadian apa yang akan terjadi setelah ini. Tatapan Nisya dengan cowok itu sungguh mengulir. Lama-kelamaan, mata mereka hampir copot karena tajamnya tatapan yang mereka berikan.

"Lo punya mata, kan? Punya telinga juga, kan?" tanya lelaki itu memecah keheningan

"Kagak! Gue alien kesasar yang mendarat di bumi," sewot Nisya.

Di belakang Nisya, Dita dan Putri hanya diam. Seolah-olah mereka ketakutan apabila Nisya berani menentang cowok dengan seragam yang sengaja dikeluarkan itu. Apa mungkin mereka mengenali siapa sosok laki-laki kasar itu?

"Bos," panggil Dita bersembunyi di balik tubuh Nisya. "Lo jangan macem-macem sama tuh cowok, Bos. Sekali terkam, cuman bersisa tulang belulang doang," ucap Dita memperingati.

Nisya terkekeh kecil mendengar ucapan Dita. Ia tak menghiraukan ucapan sahabatnya. Menurutnya, perkataan itu hanyalah sebuah ancaman belaka untuk menakuti dirinya. Dalam kamus Nisya, tidak ada yang namanya 'pengecut'.

"Lo bisu, ya?!" sentak cowok itu lagi semakin meninggi.

"Lo siapa sih anjir?" Dengan berani, Nisya lantas mendorong dada cowok tersebut hingga terseret beberapa senti.

"Oh, lo belum tau siapa gue?" desis lelaki itu seketika mengulurkan tangan sambil melanjutkan kalimatnya. "Kenalin, gue Fadhil Muhammad Ramdan. Panggil aja Fadhil. Putra Rani Titania."

Rani Titania? Itu ... itu adalah nama yang sudah tak asing lagi di telinga Nisya. Nisya dibuat tertegun tak kuasa untuk bernapas. Ucapan perkenalan tadi sungguh menyengat sari-sari tenaga yang diam di dalam tubuhnya. Kalau urusannya sudah dengan Bu Rani, Nisya menyerah. Ya, Rani Titania merupakan guru BK di sekolah ini, guru dari sekian guru yang sudah menganggap Nisya seperti seorang musuh.

Terdengar suara tegukan saliva dari kerongkongan Nisya. Dia masih tak percaya kalau pemuda yang baru saja dia tantang adalah anak dari seorang guru BK SMP Antariksa.

Tanpa berkata-kata lagi, Nisya segera menarik tangan kedua rekannya dan menjauh pergi meninggalkan Fadhil. Fadhil memandang aksi ketiga gadis di depannya yang terlihat tergesa-gesa sampai masuk ke dalam kelas. Dia tertawa kecil sambil kembali melanjutkan langkahnya.

"Kalau dipikir-pikir, tuh cewek cantik juga, ya. Gemes lagi," kata Fadhil mengukir senyumannya.

***

Dengan santai, Nisya menjatuhkan tubuhnya di atas kursi. Dia berdecak sebal memikirkan tentang kejadian tadi. Sementara Dita duduk di samping Nisya dan Putri duduk di depannya hanya bisa terdiam tanpa suara.

"Tuh cowok kapan datengnya? Kok, gue enggak pernah liat?" tanya Nisya kepada dua sahabatnya.

"Tadi pagi," jawab Putri dan Dita serentak sembari merogoh tasnya. Mereka kemudian mengeluarkan buku bersampul kertas cokelat. Terdapat stiker label di atas buku tersebut. Ditulis nama lengkap dari mereka, dan tertulis pula 'buku tugas PAI'.

NIKISYA [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang