HAPPY READING
.
.
."Semoga dengan hukuman ini bisa kembali menyatukan kita dalam ikatan persahabatan."
______________________________________
Hukuman Bersama dan Gadis Gila
"Dita Khansa Aurora maju!"
Bagaikan tersambar petir, Dita yang sedari tadi sibuk menggambar monyet di belakang buku tulisnya, seketika terperanjat kaget hingga gagal membuat jenggot pada gambarnya saat namanya tiba-tiba disebut dengan begitu lantang.
Dita menoleh ke samping kanan dan kirinya, semakin dibuat gugup tatkala beragam tatapan sudah terarah padanya. Ia menelan ludahnya kasar, tak berani menghadap depan seolah ada Malaikat Izrail yang sudah siap menjemputnya pulang.
"Dita, ayo! Kok malah bengong, sih?" perintah Pak Joko membuat Dita menggigit bibir bawahnya dengan kuat.
Masih ingat dengan Pak Joko? Guru matematika paling galak dan paling menyebalkan di sekolah ini.
"I-iya, Pak. Ta-tapi kalau salah enggak apa-apa, kan, Pak?" tanya Dita walau tak urung ia tetap berjalan ke depan dengan tampang begonya.
"Bagus. Anak zaman sekarang membutuhkan orang seperti kamu Dita," puji Pak Joko menepi kala Dita mulai meraih spidolnya.
Mata Dita melebar, senyumannya terbit di bibir gadis itu ketika Pak Joko memujinya sampai membuat Dita serasa melambung ke langit ke tujuh.
"Idih, butuh kayak Dita? Anak zaman sekarang butuh orang bego? Kesambet guru MTk gue, nih," gumam Putri mencebikkan bibir.
Guru dengan rambut yang hampir memutih seperti susu dancow itu membetulkan kacamatanya yang sedikit melorot sambil memperhatikan Dita yang terus memandangi soal tanpa menulis jawaban apa pun.
Alih-alih menjawab, Dita malah berpura-pura mengotret di telapak tangannya, yang pada nyatanya dia menuliskan sebuah doa untuk guru matematika kesayangannya ini.
'Cepet mati kek lo Joko. Gue ngeliat buka kurung aja udah kena asma nih'
"Hei, Dita! Ayo, tulis jawabannya! Apa kamu tidak memperhatikan saya tadi?" tegas Pak Joko membuat Dita dengan cepat memasukkan tangannya ke dalam saku.
"I-iya, Pak. Bentar. Saya lagi ngotret dulu, Pak."
Pak Joko menepuk jidat. "Astagfirullah. Ampuni hamba-Mu ini Ya Allah. Kapan pensiunnya, sih, ini?" gumam Pak Joko pening.
Pak Joko mengembuskan napasnya dengan sabar. "Dita, ini enggak perlu dikotret."
Dengan tanpa dosanya Dita mengangguk. "Oke, Pak. Siap!"
"Tuliskan bilangan 120.000.000.000 dalam bentuk baku!" Dita membaca soal dengan teliti, meskipun tak ada angka apa pun yang masuk ke otaknya.
"Iya, jawabannya apa?"
"Enggak tau, Pak."
"Astagfirullahaladzim ...." Pak Joko memijit pangkal hidungnya.
"Ya lagian bapak mah orang bego disuruh ngerjain MTK. Ya enggak akan bisalah, Pak," kata Dita memberi pembelaan.
Entah bego atau polos, anggap aja sama, ya.
"Berdiri kamu di situ! Dan kerjakan sepuluh latihan soal di luar! Saya hukum kamu!" sentak Pak Joko galak menghukum Dita untuk berdiri seraya mengangkat salah satu kaki dan menjewer telinga.
"Dengan senang hati bapak," ucap Dita pasrah sembari melangkah ke depan pintu untuk menjalani hukuman Pak Joko. Sebelumnya, dia sudah membawa buku latihan untuk mengerjakan soal-soal yang semakin hari semakin menggunung.
KAMU SEDANG MEMBACA
NIKISYA [END] ✓
Novela JuvenilBersaing sama musuh❎ Bersaing sama kembaran sendiri✅ "Tidak ada kata menyerah sebelum ada yang kalah." Begitulah semboyan Inbreeding dalam kisah ini. Bagi dua gadis kembar bernama Nisya Raina Sahda dan Kisya Raiqana Sahida, persaingan serta pertarun...