HAPPY READING
.
.
.Keluarga Cemara
"Menjadi orang baik itu mudah. Namun, menjalankan kebaikannya yang susah." -Nisya Raina Sahda
Kisya mengerutkan sebelah alisnya selepas membaca tulisan yang tertera di cover map biru tersebut. Dia sedikit bertanya-tanya pada dirinya sendiri, untuk apa map rekam medis ada di dalam lemari Nisya? Apa kakaknya itu mengidap suatu penyakit yang disembunyikan darinya? Ah, rasanya tak mungkin. Buktinya, kondisi Nisya sehat wal'afiat.Tak sampai di situ, Kisya mulai mengamati hampir tiap tulisan yang tertulis di atas sana. Hingga matanya sampai di sebuah letak bertuliskan 'nama pasien'. Ini saatnya ia membuktikan siapa pemilik map rekam medis tersebut yang sebenarnya.
"N-" Ucapan Kisya terpotong ketika map itu tiba-tiba diambil alih oleh seseorang. Kisya mengangkat kepalanya dan mendapati orang yang sangat dia kenal tengah menggenggam map itu.
"Kepo banget sih lo main buka-buka lemari orang aja," geram Nisya tak terima lemarinya dibuka begitu saja.
"Ya elah bawel banget sih lo boneka barbie. Gue cuman buka lemari aja ngambek. Sama adik sendiri aja kopet lo," sinis Kisya mencebik sebal.
Nisya menghela napas dalam sembari mengamankan map tersebut, lalu mengunci lemarinya. Seolah-olah isi map itu teramat penting dan siapa pun tak boleh ada yang mengetahuinya. Dia juga terlihat lega ketika dirinya berhasil menggagalkan niat Kisya yang akan membuka map lebih dalam lagi.
"Tuh kasih makan kucing lo. Jadi orang enggak berfaedah banget kalau hidup. Sok-sokan pelihara kucing, tapi didiemin. Berdosa lo!" sewot Nisya dengan nada tinggi.
Namun, mata Kisya malah terpusat pada kunci lemari yang Nisya pegang. Cewek itu lantas memasukkan kunci lemarinya ke dalam saku roknya, demi menyelamatkan dari cekaman maut Kisya yang bisa datang kapan saja untuk mengambilnya. Bahaya kalau Kisya berhasil mendapatkan kunci itu lagi.
"Heh tayo!" gertak Nisya memukul bahu Kisya, seketika membuyarkan Kisya dari lamunannya.
"Apaan sih?!"
"Itu kasih makan kucing lo."
"Iya anjir. Lo cerewet banget," misuh Kisya lalu melenggang pergi dari kamar, membuat Nisya bisa bernapas lega.
Aman.
***
Setelah mengganti pakaian, Kisya pun berjalan ke luar kamar untuk mencari kucing kesayangannya. Langkah Kisya terhenti di tengah-tengah pintu saat seekor kucing dengan bulu putih lebat mengerumuni tubuhnya yang cantik. Kucing bermarga persia itu tengah menjilat-jilat buntutnya dan itu membuat selera Kisya sebagai pecinta binatang makin meninggi. Mata Kisya berbinar-binar ketika kucing itu menatapnya sambil mengeong gemas.
"Ih gemoy banget, sih, lo Siti," puji Kisya menggendong kucing bernama Siti itu ke dalam pangkuannya.
Kisya mengusap-usap badan Siti, sementara Siti merasa nyaman berada di pangkuan majikannya. Kucing itu terus mengeong seraya menduselkan kepalanya pada badan Kisya. Jangan salah, Kisya adalah pecinta binatang. Hampir seisi rumahnya dipenuhi oleh beragam binatang, apalagi kucing. Namun, hanya satu kucing yang paling dia sayangi dengan segala keunikan yang berbeda dari yang lainnya. Dialah Siti, si kucing persia berjenis kelamin betina.
Berbeda dengan Nisya yang malah phobia pada kucing. Baru saja kucing mengeong pelan, dia langsung kocar-kacir lantaran takut. Sebab katanya, sih, dulu Nisya pernah dicakar kucing sampai berdarah. Oleh karena itu, sampai sekarang kucing adalah hewan yang paling ditakutinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NIKISYA [END] ✓
Подростковая литератураBersaing sama musuh❎ Bersaing sama kembaran sendiri✅ "Tidak ada kata menyerah sebelum ada yang kalah." Begitulah semboyan Inbreeding dalam kisah ini. Bagi dua gadis kembar bernama Nisya Raina Sahda dan Kisya Raiqana Sahida, persaingan serta pertarun...