HAPPY READING
.
.
.Launching Photogenic
"Aku belum pernah merasakan apa itu teman. Sebab, setiap kali aku bertemu teman, hanya pengkhianatan semata yang malah kudapatkan."
Mata indah yang baru saja dipejamkan kembali terbuka ketika suara mesin mobil menyapa indra pendengarannya. Nisya menghela napas, dia menatap langit-langit kamarnya sebelum akhirnya memutuskan untuk berjalan menghampiri jendela kamar yang langsung menghubungkan dengan keadaan di luar sana. Dia menyibak gorden, mata Nisya mengerjap pelan melihat dua orang yang sangat ia kenal tengah berbincang asyik di bawah sana.
"Ayah sama si Kisya mau ke mana?" tanya Nisya pada dirinya sendiri.
Pikiran Nisya bergelayut sejenak, sebelum akhirnya dia membelalak terkejut lalu segera berlari ke luar kamar untuk menghampiri Adnan dan Kisya yang sudah siap di garasi mobil. Baru pukul tujuh pagi, biasanya hari Minggu seperti ini keluarga Adyarsa masih sibuk di ranjangnya masing-masing.
Hanya berbalut piyama bergambar beruang dan mata sembabnya, Nisya bersandar di ambang pintu sambil memperhatikan Adnan dan Kisya sedang memasukkan banyak sekali barang ke dalam bagasi mobil.
"Kalian mau pada ke mana?"
Suara bernada dingin dari Nisya berhasil membuat Adnan dan Kisya menoleh. Tatapan keduanya terarah pada Nisya yang mulai mendekat ke arah mereka dengan tatapan mengintimidasi. Dia berdiri di antara kedua keluarganya, Nisya menatap keduanya secara bergantian.
"Ayah mau anter adik kamu ke rumah nenek dulu," jawab Adnan sambil mengangkat barang terakhir ke dalam bagasi, kemudian menutupnya dengan rapat.
"Lah, terus bawa barang banyak gitu buat apa?" Nisya bertanya seraya menarik sebelah alisnya. Karena biasanya setiap mau menjenguk Karin—neneknya, mereka tak pernah membawa barang bawaan sebanyak ini.
"Oleh-olehlah, buat nenek. Kasian udah lama enggak ketemu," tukas Kisya.
"Iya, nenek kamu kangen katanya sama Kisya," ucap Adnan.
Oalaaa. Jadi sama gue gak kangen ya? Hahaha, lawak, batin Nisya sendu.
Nisya mengangguk paham sembari membulatkan mulutnya membentuk huruf O. Setelah itu, Adnan menyuruh Kisya untuk menunggu di depan rumah selagi dia mengeluarkan mobilnya dari dalam garasi. Dia juga meminta Nisya untuk menepi sebab posisi tubuh cewek itu menghalangi laju mobil untuk keluar.
"Ayah." Satu tangan Nisya ia rentangkan untuk menahan Adnan yang hendak membuka pintu mobil.
Panggilan Nisya membuat Adnan memutar tubuh menghadapnya. "Kenapa?"
"Terus, aku sama siapa di sini, Yah?" Tampang wajah Nisya terlihat ketakutan kalau harus tinggal sendirian lagi, walau sementara waktu.
Adnan menghela napas panjang, menyingkirkan tangan Nisya yang sedari tadi mengawai lengannya. "Kamu sendiri dulu di sini. Bunda lagi pergi ke Ciwidey bareng temen-temen SD-nya," tutur Adnan membuat Nisya terpegun sejenak.
"Eh, ayah."
Nisya memanggil Adnan untuk kedua kalinya, membuat gerak laju Adnan lagi-lagi berhenti karena suara tinggi itu. Tak mau mengulur-ulur waktu, Adnan pun masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi kemudi. Ia menurunkan kaca mobil, melihat posisi tubuh sang anak yang berdiri di bawah sana.
"Apalagi, Nisya?" geram Adnan memelotot.
"Ayah cuman nganterin Kisya doang, kan? Abis itu pulang, ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
NIKISYA [END] ✓
Teen FictionBersaing sama musuh❎ Bersaing sama kembaran sendiri✅ "Tidak ada kata menyerah sebelum ada yang kalah." Begitulah semboyan Inbreeding dalam kisah ini. Bagi dua gadis kembar bernama Nisya Raina Sahda dan Kisya Raiqana Sahida, persaingan serta pertarun...