10. Masa Skorsing

42 8 0
                                    

HAPPY READING
.
.
.

Masa Skorsing

"Jika aku tak bisa bahagia, kan kupastikan kamu pun hidup dengan luka." –Nisya Raina Sahda

Suasana koridor disenyapkan oleh seorang laki-laki jangkung yang tengah melintas sembari memasukkan tangannya ke dalam saku celana. Rambutnya yang lebat dan licin itu tersisir rapih ke bagian kanan. Sambil merangkul tas dengan sebelah pundak, dia menyampirkan hodiee bergambar macan tutul itu di atas pundak yang satunya.

Di tengah senyapnya keadaan sekitar, tiba-tiba komplotan cewek-cewek rempong menghadang laju Randi. Randi terpegun melihat ketiga cewek itu sudah ada di depannya. Apalagi dengan cewek yang satu ini, dia berdiri paling depan dengan menatap Randi penuh dengan senyuman dan wajah berseri-seri.

"Mau apa?" tanya Randi dingin.

Kisya yang awalnya tersenyum langsung menyudutkan bibirnya. "Ihhh, lo tuh kenapa sih dingin banget jadi cowok?"

"Menurut lo?" tanya Randi datar.

"Ran, lo tuh kenapa sih dari dulu dingin banget sama gue? Emang lo pikir gue ini arang, sampe harus didinginin sama sikap lo?" decak Kisya memutar matanya jengkel.

"Ya," sahut Randi singkat lalu kembali melanjutkan langkahnya. Namun, tangan kecil milik Kisya menahan pergerakan cowok itu

"Tunggu, Ran. Gue punya sesuatu yang spesial, khusus buat lo," kata Kisya semangat.

Randi menghela pelan. "Apa?"

Kisya menggigit bibirnya kuat-kuat karena gugup untuk memberikan barang yang dia bawa di belakang tangannya. Dengan mental sekuat baja, akhirnya dia memamerkan sebuah keresek besar yang sedari tadi tersimpan di belakang pinggang. Wajahnya terlihat berbunga-bunga saat berhasil mempertontonkan barang yang dia percaya bisa membuat Randi melompat-lompat kegirangan di depan orang banyak.

"Nih buat lo. Gue beli penuh dengan rasa cinta," tutur Kisya mencoba meyakinkan hati Randi untuk ke sekian kali.

Randi mengerutkan sebelah alisnya ketika menatap benda misterius itu adalah untuknya. Keresek dengan balutan warna dominan putih yang tampak sebuah kardus besar ada di dalamnya. Tentu saja, siapa sih yang enggak penasaran sama hadiah pemberian putri orang kaya? Pasti, harga dan barangnya enggak main-main.

"Apa itu?"

"Sepatu futsal. Lo suka, kan?"

Randi terkekeh kecil mendengar jawaban Kisya. Sembari menggelengkan kepalanya, dia pun langsung mengucapkan kalimat yang membuat hati Kisya bagaikan tertusuk pisau. "Sorry, gue enggak minat."

Setelah mulutnya lolos mengucapkan kalimat menduri itu, tanpa rasa bersalah sedikitpun dia lantas berjalan begitu saja meninggalkan Kisya yang masih mengulurkan tangan. Tubuh Kisya serasa terombang-ambing di laut lepas, sehabis menerima sebentuk penolakan tadi. Rasanya hancur, remuk, dan yang pasti amat menyimpan nyeri terdalam di lubuk hatinya.

 Rasanya hancur, remuk, dan yang pasti amat menyimpan nyeri terdalam di lubuk hatinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
NIKISYA [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang