Pengumuman Olimpiade
"Setiap orang memiliki keistimewaannya masing-masing yang belum tentu orang lain miliki. Oleh karena itu, jangan pernah bangga dengan apa yang kita miliki. Karena sesungguhnya, kebanggaan itu kapan pun akan Allah rampas karena ulah jelekmu."
"Bun." Kisya memanggil Aqila yang kini tengah makan malam bersama.Aqila yang semula sedang menuang secuil garam ke dalam soto buatannya, lantas mendongak melihat sang anak yang matanya terlihat berbinar-binar. "Kenapa, Sayang?" tanya Aqila lembut.
Kisya mengulas senyum. "Hari Senin pengumuman seleksi olimpiade loh, Bun. Bunda yakin enggak kalau aku lolos?"
"Yakin banget malah," balas Aqila meletakkan bakul berisi soto di tengah-tengah meja makan. Kemudian terduduk di samping Kisya sambil mengacak puncak rambut putrinya. "Tapi, kalau pun kamu enggak lolos juga, bunda mah enggak masalah."
Aqila mengecup dahi Kisya sampai meninggalkan jejak lipstik di sana. Kisya mengulum senyum, hatinya berbunga-bunga mendengar betapa sayangnya Aqila padanya. Ah, tidak sia-sia dia susah payah ketiban perut Nisya selama sembilan bulan lamanya, akhirnya terbayar ketika hidup di dunia.
"Ekhem!" Nisya tiba-tiba berdeham sembari pura-pura bermain handphone.
"Dih, kenapa lo?" tanya Kisya.
"Nyenyenye."
Adnan yang baru tiba di meja makan langsung mengambil alih kursi yang tadi sempat diduduki Aqila. Wajah Adnan akhir-akhir ini seakan banyak masalah, tak pernah ada senyum sedikitpun yang terpancar di wajahnya. Sama ketika kejadian beberapa hari lampau saat Adnan dengan tega tiba-tiba menampar Nisya tanpa alasan jelas. Nisya yang paling merasakan hilangnya kelembutan Adnan. Dia masih yakin kalau keluarga ini dalam keadaan tak baik-baik saja.
Nisya menghela napas, lalu mematikan handphone-nya. "Ayah," panggilnya ragu-ragu, "kemarin sekolah ngadain pendaftaran buat yang mau ikut kompetensi photogenic. Nah, aku coba daftar. Minggu depannya bakalan ada launching di alun-alun Bandung Ayah sempetin hadir, ya," pinta Nisya.
Adnan pura-pura sibuk pada handphone-nya tanpa menyahut apa pun. Itu membuat senyum kemenangan Kisya semakin melebar. Ini yang dia suka, melihat Nisya menderita. Apalagi perlahan sikap Adnan sama halnya dengan Aqila yang begitu dingin terhadap Nisya.
"Yah," panggil Nisya sekali lagi.
"Iya Nisya! Kamu mau apa?" tekan Adnan tanpa berpaling menatap putrinya.
"Ayah enggak denger tadi aku ngomong apa?"
"Iya, ayah denger. Terus kenapa?"
"Ayah bisa dateng, kan?" Nisya mengulang dengan sabar.
"Masih lama, gimana nanti. Udah, ya, kamu jangan banyak ngomong dulu, ayah lagi sibuk. Diem!" sentak Adnan memelotot tajam.
***
Lapangan SMP Antariksa sudah dipadati oleh seluruh siswa yang hadir. Hari ini tidak ada upacara bendera, tapi kegiatan tersebut diganti oleh pengumuman siswa-siswi siapa saja yang lolos menjadi perwakilan sekolah dalam ajang olimpiade tingkat nasional nanti. Semuanya sudah tak sabar, berharap kalau nama merekalah yang keluar nantinya.
Pasukan Imposter berbaris di barisan belakang agar ketika bosan melanda, mereka bisa cabut ke kantin dengan mudah. Lain halnya dengan Victor yang sudah berbaris sejak pagi di barisan terdepan, mereka tak sabar menunggu pengumuman nanti. Apalagi Kisya yang begitu antusias mengikuti ajang olimpiade ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
NIKISYA [END] ✓
Teen FictionBersaing sama musuh❎ Bersaing sama kembaran sendiri✅ "Tidak ada kata menyerah sebelum ada yang kalah." Begitulah semboyan Inbreeding dalam kisah ini. Bagi dua gadis kembar bernama Nisya Raina Sahda dan Kisya Raiqana Sahida, persaingan serta pertarun...