HAPPY READING
.
.
."Dunia itu tak akan abadi. Jadi jangan pernah menganggap sesuatu di dunia akan terus kita miliki."
"Suatu saat aku sadar. Bahwa perlakuan yang diawali kejahatan, pasti akan berakhir penyesalan."
______________________________________
Menolak Untuk BerdamaiRintik-rintik hujan turun menyerbu atap kanopi di rumah Nisya dan Kisya. Gadis belia berusia lima belas tahun tersebut tengah berdiri di depan cermin sambil menaburkan bedak bermerek di wajahnya.
Ya meskipun dandanan mereka kayak nenek babi.
Hari ini merupakan hari menegangkan bagi seluruh siswa di SMP Antariksa, khususnya para delegasi antar pelajaran yang akan mengikuti KSN (Kompetisi Sains Nasional) tahun ini. Dan yang menjadi spesialnya, SMP Antariksa ditunjuk sebagai salah satu tuan rumah pelaksanaan olimpiade. Mempunyai bangunan yang luas memudahkan pihak sekolah untuk mengatur jalannya olimpiade dan KBM tanpa harus merumahkan siswa.
"Cantik banget ih adek gue," puji Nisya menjentikkan jemarinya.
"Kakak gue juga cantik, kok," balas Kisya merapikan alat tulisnya untuk persiapan KSN.
Ceklek!
Decitan pintu terdengar, membuat Nisya dan Kisya spontan menolehkan kepalanya. Senyum hangat nan indah terbingkai di bibir Aqila saat datang ke kamar putrinya.
"Kisya," panggil Aqila menghampiri Kisya sembari membawa bekal makan dan minum untuk sang putri.
"Kenapa, Bun?"
"Nih, bunda udah masakin telur dadar, ayam Upin Ipin, sama sayur. Jangan lupa dimakan, ya," kata Aqila mengecup kening Kisya.
"Makasih, Bun."
"Sama-sama, Sayang," sahut Aqila mengelus-elus puncak kepala Kisya sambil mengusung senyum hangat di bibirnya.
"Bunda." Panggilan itu, entah kenapa terasa sendu. Panggilan yang belum pernah Aqila dengar selama ini.
Aqila menengokkan kepalanya ke sumber suara. Raut cerianya sontak berubah menjadi datar, seolah melihat wajah Nisya merupakan hal paling haram dalam hidup wanita itu. "Kenapa, Nisya?"
"Ma-makanan buat aku udah disiapin juga, kan, Bun?" tanya Nisya ragu-ragu.
Aqila menghela napas kasar. "Masak sendiri. Kamu udah gede, kan?" ketus Aqila menajamkan tatapannya.
Senyum pengharapan yang semula tersungging di bibir Nisya seketika lenyap dan berubah menjadi senyum yang dipaksakan. Entahlah, Nisya tak tahu harus mendefinisikan apa terhadap suasana hatinya sekarang. Senang karena dia sudah berdamai dengan Kisya, tapi juga sedih karena sampai saat ini Aqila masih menspesialkan sang adik daripada dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
NIKISYA [END] ✓
Fiksi RemajaBersaing sama musuh❎ Bersaing sama kembaran sendiri✅ "Tidak ada kata menyerah sebelum ada yang kalah." Begitulah semboyan Inbreeding dalam kisah ini. Bagi dua gadis kembar bernama Nisya Raina Sahda dan Kisya Raiqana Sahida, persaingan serta pertarun...