14. Misi Imposter

11 8 0
                                    

HAPPY READING
.
.
.

Misi Imposter

"Jangan sebut dia sahabat, kalau dia datang saat melarat, tapi pergi saat jadi konglomerat." Kisya Raiqana Sahida

Nyata, semua siswa yang menyaksikan kejadian itu mengunci bibirnya rapat-rapat. Mereka terlihat menaikkan alisnya merasa ada persimpangan di antara pertengkaran kedua siswa tersebut. Sudah dua kali Fadhil dan Randi bertengkar dengan alasan yang belum juga terumbar. Beberapa praduga saling terpa-menerpa, menjadi isu terhangat yang kini masih menyelimuti perbincangan warga SMP Antariksa.

Setelah menoyor tubuh lawan, Fadhil kemudian menyisih dari area kerumunan, membiarkan si cowok dingin bak kulkas itu terkapar lemas sembari bersandar pada tembok. Untungnya ada yang mau membantu Randi dan membawanya ke UKS.

"Dasar ... enggak emak, enggak anak, kerjaannya marah-marah mulu," cibir Nisya mendengkus.

"Iya. Punya masalah apa sih tuh cowok. Mentang-mentang anak guru jadi sok jagoan," tambah Putri.

"Sok jagoan tuh si sutet. Mentang-mentang anak guru, seenaknya banget sama pacar gue. Liat aja, gue laporin sekarang juga," gerutu Kisya mengerucutkan bibirnya sebal. Dia tidak terima jika crush-nya dibuat babak belur oleh cowok itu.

Kisya lalu melenggang untuk melaporkan kejadian ini ke guru BK. Namun, langkahnya terhenti saat seseorang mencekal tangannya dari belakang. Kisya lantas menoleh, melihat Nisya tengah tersenyum simpul.

"Nape lo senyum-senyum?!" sewot Kisya sambil melepas tangannya dengan kasar. "Enggak usah sok romantis, deh, pegang-pegang tangan gue. Ngotorin aja bisanya," misuh Kisya menepuk-nepuk tangannya yang baru saja Nisya pegang.

"Galak banget, Neng," sosor Nisya cemberut. "Lo jangan ngadu dulu, dong. Kita, kan, belum tau siapa yang jadi pemenangnya. Santai dulu, oke?"

Kisya mendengkus sebal. "Ya udah deh iya iya."

***

"Ssstt! Heh, syut, syut!"

Seorang gadis dengan wajah berminyak dan juga rambut yang mulai lepek, berdesis pelan di celah-celah jendela UKS. Randi yang saat itu tengah terbaring sambil memejamkan matanya spontan menengok ke luar jendela. Matanya mendapati Nisya dan ketiga kawannya sedang menyembulkan kepala dari celah-celah jendela.

"Gue boleh masuk?" tanya Nisya tersenyum sok akrab.

Randi mengacuhkan Nisya begitu saja. Ia lalu memalingkan wajahnya sambil berkata, "Iya."

Nisya menyunggingkan senyum kegembiraannya. Ketiga anggota Imposter saling menatap seraya tos ala-ala gengnya itu. Hm, rencana apalagi yang akan mereka luncurkan pada si cowok dingin tersebut.

"Bos, langkah pertama berhasil," ucap Dita memancarkan wajah berbunga-bunga.

"Nah, kan. Mangkanya lo berdua jangan meremehkan kemampuan gue," ungkap Nisya menepuk dadanya bangga.

Saat Nisya sampai di depan pintu dan hendak membuka gagangnya, ia lebih dulu menghela pelan demi menetralkan rasa kegugupannya menghadapi cowok sunyi itu. Setelah mentalnya benar-benar terkumpul, Nisya pun memberanikan diri membuka pintu UKS yang hening. Untungnya tidak ada siapa-siapa di sini selain Randi seorang.

"Permisi," ucap Nisya kalem menghampiri kasur Randi.

"Mau apa?" tanya Randi datar.

Nisya tersenyum tipis ketika wajahnya berhadapan langsung dengan wajah Randi yang terbilang datar. Bahkan tanpa ekspresi apapun. Jangankan tersenyum, rasanya untuk hidup pun cowok itu malas menjalaninya. Mati aja sono kalau enggak niat hidup!

NIKISYA [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang