21. Syifa dan Kesehatan Nisya

12 8 0
                                    

HAPPY READING
.
.
.

Syifa dan Kesehatan Nisya


Pelajaran olahraga yang berlangsung selama hampir dua jam itu akhirnya usai. Para siswa kelas 9D menselonjorkan kedua kakinya di bawah lantai sambil mengalih fungsikan tangannya sebagai kipas untuk menyejukkan hawa panas yang menyerang tubuhnya. Bu Nurul memberi waktu setengah jam untuk anak didiknya beristirahat, sebelum mereka harus mengganti pakaian untuk mengikuti pelajaran selanjutnya.

"Gila, nih sekolah banyak iblisnya apa gimana, sih? Panas banget anjir," gerutu Syifa mengibaskan tangannya yang sedikit menurunkan suhu panas di tubuhnya.

"Ya, elu itu iblisnya," sembur Kisya dari samping, dia baru saja datang sembari menyedot sebuah minuman dingin yang terlihat enak dan membuat siapa saja yang menenggaknya langsung terhilang dari rasa dahaga.

Syifa menatap intens isi minuman berwarna yang menggiurkan nafsunya. Ia kemudian bangkit, dan dalam hitungan detik, minuman dingin itu telah berpindah tempat di tangan Syifa. Tanpa meminta izin, Syifa langsung menyedot minuman itu seenaknya sampai hanya tersisa seperempat lagi.

Kisya membuka matanya lebar-lebar lantaran tersentak oleh ulah Syifa yang tak sopan. Sedang enak-enaknya, eh ... malah direbut gitu aja.

"Alhamdulillah. Thanks, Mom," ucap Syifa dengan tak berdosanya sembari bersendawa kencang di tengah-tengah ucapannya.

Kisya spontan menoyor kepala Syifa saat dia mengembalikan minumannya. "Punya utang aja masih belagu lo. Gini, nih, kalau pas ngaji malah main pripayer," sindirnya sebal.

Syifa malah cengengesan tak berdosa sambil memperlihatkan deretan gigi rapihnya. "Hehehe, sorry, Mom. Abisnya gue haus banget. Mau beli minum tapi enggak punya duit."

"Emangnya emak-bapak lo kerja apa sih?! Perasaan, hampir tiap hari lo ngutang sama gue," cibir Kisya sembari mengisap minuman berwarna yang sudah habis itu. Ia benar-benar emosi kali ini.

"Mom, maaf." Syahna mendadak bicara dari belakang.

Kisya menolehkan kepalanya. "Ape lo? Udahan cuti ngomong?"

"Enggak, Mom. Itu, gue mau nanya. Lo enak nyedot angin doang?" Syahna tersenyum tipis, secara tak langsung meledek Kisya yang terus menghirup sedotan padahal minuman itu sudah habis.

Tanpa merespons, Kisya langsung melemparkan cup kosong itu ke sembarang arah. Ia bahkan tak memedulikan kalau cup itu mengenai kepala seseorang. Si korban pun tak berani melawan lantaran saking takutnya dengan siluman rajawali darat ini.

"Mom," panggil Syifa menundukkan kepalanya.

"Apa lagi?!" tegas Kisya setengah menyentak.

"Tadi, kan, lo nanya emak-bapak gue kerja apa. Nah, gue jawab nih. Gue ini berasal dari keluarga miskin, Kis. Jadi, ya ... wajar dong kalau gue ngutang mulu sama lo, hehehe. Emak gue kerja jadi buruh cuci, bapak gue cuman jadi kuli bangunan. Terus—"

Ucapan Syifa terpotong ketika Kisya tiba-tiba menaruh telunjuknya di depan bibir Syifa. Kisya berdesis, seakan memberi kode pada Syifa untuk tidak melanjutkan kalimatnya. Kisya memang pribadi yang sedikit tak tega jika melihat orang lain sengsara. Meskipun dia terbilang bobrok dan bandel, tetapi ia paling tak bisa melihat sahabatnya sendiri terpuruk dalam duka.

"Udah, setop! Lo jangan lanjutin kalimatnya," perintah Kisya melotot tajam.

Syifa mengerutkan sebelah alisnya. "Lah, kenapa emangnya?" Ia bertanya. Seketika, raut wajahnya mendadak menyunggingkan senyum. "Lo kasian, ya, sama gue? Ahhh, gemoy banget, sih, lo," goda Syifa mencolek hidung Kisya.

NIKISYA [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang