12. Selalu Dia yang Jadi Korban

26 8 0
                                    

HAPPY READING
.
.
.

Selalu Dia yang Jadi Korban

"Biarkan dunia yang membuktikan suatu kemenangan dalam pertengkaran." -Kisya Raiqana Sahida

Isu terbaru datang dari SMP Antariksa. Di mana siswi kelas sembilan bernama Nisya Raina Sahda telah menganiaya temannya sendiri yang bernama Lala Hasna Lalzari hingga menyebabkan Lala harus dirawat di rumah sakit.

Tubuh Nisya membatu usai membaca pengumuman itu. Sungguh dia tidak percaya kalau namanya harus tercantum dengan isu tak baik sampai viral satu sekolah. Nisya tak bisa melakukan apa-apa selain diam bak patung dan hanya menatap papan pengumuman itu dengan rasa ketidakpercayaan.

"Halo Nisya!" Tiba-tiba, seseorang menyapa Nisya dari arah berlawanan. Dia adalah Kisya. Sembari memegang selebaran kecil yang sama persis seperti yang terpampang di papan mading, Kisya mendekat ke arah Nisya. "Gimana, beritanya menarik enggak?" tanya Kisya tersenyum lebar.

Sementara Nisya, dia hanya bisa termangu tanpa menimpali pertanyaan Kisya sedikitpun. Kali ini, hidupnya benar-benar hancur ketika dipermalukan satu sekolah. Kini, satu sekolah akan menilai dirinya sebagai gadis biadab. Reputasinya pun yang semula dikenal dengan sebutan 'woman of death' tak lama akan runtuh begitu saja.

Kurang ajar! Jadi, ini tujuan Fadhil memaksanya untuk datang ke sekolah? Cowok itu malah menyeret Nisya untuk kembali merapati keburukannya. Andai sekarang kalian bisa merasakan bagaimana rasanya di posisi Nisya, hidupnya seperti mati suri. Kehidupan iblisnya harus dicabut paksa akibat kabar menyakitkan tersebut.

Kisya berdeham sekali lagi untuk menyadarkan Nisya yang saat itu bengong dengan tatapan kosong. "Btw, gue udah kirim fotonya ke bunda, loh. Jadi ... siap-siap aja, ya," bisik Kisya menyentuh wajah Nisya dengan seringai lebarnya.

Mata Nisya menajam sambil menolehkan pandangannya menatap Kisya yang masih tersenyum puas. Sekuat tenaga, dia berusaha menyumbat kantung matanya agar tak menitikkan air mata. Walau rasanya sakit menahan tangis di saat kondisi seperti ini.

"Puas lo?!!" pekik Nisya tepat di depan wajah sang adik

"Ups!" Kisya menutup mulutnya, "Mbaknya, marah nih."

Plak!

Tak tahan lagi terus-terusan memendam kemarahan yang meradang di dadanya, Nisya pun terpaksa menerbangkan tamparan pipi Kisya. Tamparan itu menimbulkan suara yang cukup keras sampai menarik atensi orang-orang sekitar untuk memfokuskan pandangannya pada mereka berdua.

"Bebal banget sih jadi cewek!" hardik Kisya membalas tamparan kakaknya dengan kekuatan yang lebih besar.

"Elo yang bebal! Gue enggak pernah satu kali pun giniin lo di depan umum, Kis. Tapi kenapa lo sendiri yang tega giniin gue di depan umum, hah?!" bentak Nisya dengan suara bergetar dan mata yang memerah.

Kisya tercengang. Untuk pertama kali dia melihat Nisya menangis seperti ini. Gadis yang tadinya adalah sosok perempuan yang paling ditakutkan satu sekolah, tetapi kini beralih menjadi perempuan lemah tak berdaya.

"Gue benci lo," lirih Nisya kemudian berlari kencang meninggalkan sekolah.

Dita dan Putri pun ikut menyusul perginya Nisya. Mereka takut kalau Nisya akan melakukan hal nekat setelah nasib sial menimpanya hari ini. Kenapa juga Kisya begitu tega menyebarkan berita itu? Padahal biarkan kejadian itu tersimpan sebagai pelajaran, bukan dibesar-besarkan seperti ini.

Nisya menerobos keramaian yang sejak tadi memperhatikannya terus-menerus. Dita dan Putri sudah meneriaki Nisya keras-keras, tapi cewek itu tak memedulikannya sedikitpun dan lebih memilih menaiki angkot yang saat itu kebetulan melintas di depan sekolah. Cukup, Nisya sudah lelah! Kenapa masalah ini harus mengingatkannya lagi atas perlakuannya pada Lala? Ia masih trauma, tapi kini Kisya datang dan hanya memperkeruh keadaan.

NIKISYA [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang