HAPPY READING
.
.
.Mengerjai Balik
"Terkadang berbuat jahat itu malah membuat kita jadi tobat." –Kisya Raiqana Sahida
"KISYA!"Saat suasana kelas tengah dilanda keheningan karena takut pada Pak Joko--si guru matematika paling ekstrim di sekolah ini tiba-tiba pecah saat Pak Joko melontarkan sentakan mencekamnya.
Semua siswa sontak menatap guru itu dengan jantung yang berdebar kencang. Pak Joko mengedarkan pandangannya sembari mengangkat buku tulis ke udara, sementara nama yang dipanggilnya hanya celingak-celinguk kebingungan. Hingga akhirnya orang itu mengacungkan telunjuknya ke udara yang seketika membuat tatapan Pak Joko tertuju padanya.
"I-iya, Pak? Bapak manggil saya?" Dengan suara dan tubuh yang bergetar, Kisya mengulum rasa gugupnya menghadapi Pak Joko. Dia lebih memilih dimarahi Bu Rani daripada Pak Joko yang seramnya kelewatan.
"Sini kamu!" perintah Pak Joko dengan suara tinggi. Matanya menajam bagaikan pisau yang baru selesai diasah.
Kisya menautkan jari-jemarinya yang semakin bergetar tak karuan. Perlahan, ia mengangkat bokongnya lalu berjalan menghampiri Pak Joko yang sudah terlihat begitu marah. Sementara Nisya, cewek itu berusaha menahan tawanya melihat sang adik yang sangat ketakutan seperti ini.
"K-kenapa, ya, Pak?" tanya Kisya menundukkan kepalanya.
"Ini apa, hah?!" serang Pak Joko menepuk buku dengan kasar tepat di depan wajah Kisya yang masih menunduk.
Kisya mengangkat kepalanya seraya mengernyit. Masa, sih, guru matematika tak tahu benda apa yang tengah dipegangnya. Kisya menghela napas berat, mencoba melenyapkan rasa gelisahnya.
"Buku, Pak." Ia menjawab dengan polos.
"Ampun kamu ini!" Pak Joko semakin murka, beliau memukul jidatnya. "Maksud saya, ini jawaban apaan? Semua jawaban kamu salah Kisyaaa!!" gemas Pak Joko mengepalkan tangannya.
"Hah, salah, Pak?"
"Iya!"
"Masa sih, Pak? Saya, kan, anak pinter, Pak. Mana mungkin salah, sih," bantah Kisya masih tak percaya kalau jawaban yang dikerjakannya salah semua. "Bapak aja kali, Pak, yang salah nilai. Coba periksa ke ulang, jangan siswa mulu yang disalahin."
Telinga Pak Joko rasa-rasanya ingin meletup sekarang juga lantaran mendengar alibi Kisya yang masih berani membantah. Bukannya meredakan kemarahan Pak Joko, jawaban Kisya justru memompa gejolak api yang berkobar di dada guru tersebut semakin besar lagi.
"Kamu ngelawan terus, mau saya kasih nilai merah di rapot?!" ancam Pak Joko dengan jari yang membidik wajah tengil murid di hadapannya itu.
Kisya terkekeh sambil menggelengkan kepalanya. "Bodo amat ah, Pak. Tinggal saya warnain aja pake crayon. Menurut bapak, warna yang bagus buat nilai matematika apa? Biru? Ungu? Oh, biar adil, warna pelangi aja. Gimana, Pak?"
"Eh tapi, Pak. Terkadang berbuat jahat itu, bisa buat kita tobat, loh, Pak. Kalau enggak percaya, tanya aja sama Pangeran Antasari."
Brak!
Kehilangan kesabaran, Pak Joko lantas menggebrak meja di depannya dengan kencang, membuat semua siswa yang semula menahan tawa melihat tingkah murid dan gurunya langsung bungkam dan terkejut. Sorot mata Pak Joko makin menjadi, seketika menciutkan mental Kisya dalam melawan guru galak itu. Kisya menelan air ludahnya susah payah, masih menjaga harga dirinya sebagai wanita pemberani.
KAMU SEDANG MEMBACA
NIKISYA [END] ✓
Novela JuvenilBersaing sama musuh❎ Bersaing sama kembaran sendiri✅ "Tidak ada kata menyerah sebelum ada yang kalah." Begitulah semboyan Inbreeding dalam kisah ini. Bagi dua gadis kembar bernama Nisya Raina Sahda dan Kisya Raiqana Sahida, persaingan serta pertarun...