54. Kebahagiaan yang Sesungguhnya

13 3 0
                                    

HAPPY READING
.
.
.

"Kebahagiaan itu sederhana. Ketika senyuman dan kebersamaan terlaksana, di situlah letak kebahagiaan berada."
_

_____________________________________

Kebahagiaan yang Sesungguhnya

Lapangan SMP Antariksa yang luas terselimuti keteduhan lantaran terpasangnya tenda. Bertepatan di hari ini, sinar kemenangan memancar di seluruh titik SMP Antariksa. Senyuman tulus bahagia tak sedikitpun pudar bagi para siswa yang kini menikmati masa kelulusannya. Pun dengan air mata kebahagiaan yang berlinang, mengucap rasa syukur kepada Tuhan karena telah melimpahkan nikmat sehebat ini.

Inilah hari yang sangat dinantikan oleh semua siswa. Setelah melewati berbagai rintangan dan tantangan, akhirnya keringat lelah itu membuahkan hasil yang begitu maksimal. Mereka tidak menyangka bahwa ternyata mereka telah melangkah sejauh ini. 

Pak Hadi--selaku kepala sekolah SMP Antariksa sudah berdiri di atas podium untuk mengumumkan tiga siswa dengan peraihan nilai tertinggi dalam ujian sekolah tahun ini. Hal itu membuat jantung mereka berdebar-debar tak karuan. Suasana berubah menjadi menegangkan ketika Pak Hadi mulai menyebutkan nama-nama dari tiga nominasi tersebut. 

"Baiklah, langsung saja saya umumkan tiga nominasi peraih nilai tertinggi dalam ujian sekolah tahun ajaran 2021/2022, dari total siswa yang terkumpul sebanyak 420 siswa," papar Pak Hadi dengan nada serius. 

"Dit, Dit." Putri mencolek ketek Dita saat keduanya duduk berdampingan. 

Dita yang  tengah mengupil dengan tangan kiri menutup tangan kanan agar tak terlihat pun langsung terkejut kala Putri mencolek keteknya tiba-tiba. "Ih, apaan, sih, toel-toel ketek gue?" protes Dita sambil mengeluarkan satu buah upil yang berhasil ditangkap oleh jari telunjuknya. 

"Ih, jorok anjir!" semprot Putri menampar pelan pipi Dita. 

Bukannya cepat membuang upil bulat itu, Dita justru menggosok-gosokkan upil itu menggunakan telunjuknya seraya tertawa. 

"Buang anjir, Dita, upilnya! Kebiasaan banget, ih! Jijik gue!" Putri bangkit berdiri, suaranya yang cukup keras memancing perhatian yang lainnya. 

"Enggak, ah. Mau gue kumpulin buat koleksi in the home," kata Dita lalu memasukkan upilnya ke dalam cassing handphone

"Sinting!" 

"Mwehhehe!" tawa Dita diakhiri cengiran lebar yang giginya hitam seperti monyet.

Putri menghela napas seraya mengelus dada. Ia kembali pada tujuan asalnya memanggil Dita. "Kira-kira, menurut lo siapa yang masuk tiga nominasi?" tanya Putri antusias. 

Tanpa berpikir panjang, Dita lantas menjawab, "Gue lah."

Senyuman yang semula tersungging di bibir Putri seketika memudar. Kalau penyakit over pede Dita sudah kambuh, Putri jadi tidak minat lagi untuk meneruskan obrolan. 

"Jiaahhh, pede banget lo. Yakin masuk nominasi?" timpal Syifa yang duduk di depan Dita dan Putri disertai kekehan pelan. 

"Loh? Kenapa? Lo belum tau, ya, gue pinter?" 

"Pinter di bidang mananya lo? Nyebutin siapa presiden pertama RI aja enggak tau lo," cibir Kisya menimpali. 

"Emang di jawabnya apa?" tanya Syahna penasaran.

"Harus, kan, Soekarno, ya." Yang lainnya mengangguk-anggukkan kepalanya. "Lah, dia jawabnya Prabowo coba. Kan enggak lucu," tambah Kisya yang langsung dihadiahi gema tawa siswa lainnya yang mendengar.

NIKISYA [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang