49. Lelah dan Rasa Ingin Menyerah

13 4 0
                                    

HAPPY READING
.
.
.

"Terkadang aku berpikir, jika suatu saat nanti aku sudah lelah, apa boleh aku menyerah?"
______________________________________

Lelah dan Rasa Ingin Menyerah

Pukul sembilan pagi Nisya sudah duduk di balkon sambil menikmati segelas susu. Penampilan gadis itu hari ini jauh dari kata rapi. Dengan kemeja berwarna putih dan celana levis-nya, dia merenung sembari mengetukkan ponselnya ke atas lantai. Tadi Putri sempat menghubunginya kalau hari ini adalah jadwal Nisya menjalankan pengobatan cuci darah seperti biasanya. Awalnya Nisya menolak keras pengobatan itu lagi. Ia sudah muak dan lelah ketika harus berjuang tanpa dukungan keluarga. Tapi Putri terus memaksanya, hingga Nisya pun mau tak mau tunduk atas perintah itu.

"Males bet dah gue HD mulu. Weekend bukannya dipake drakoran, ini malah ke RS. Enggak capek apa, ya, dokternya?" gumam Nisya menghela berat.

Namun tiba-tiba, handphone Nisya bergetar beberapa kali. Tatapan matanya yang tajam melirik ke layar ponsel, menemukan empat pesan masuk melalui aplikasi WhatsApp.

Dokter Ilham

Pagi Nisya🤗
Jgn lupa ya hari ini jadwal kamu HD
Jgn kabur terus dong ya🤭
Ini jg kan buat kesehatan kamu

Pagi juga dok

Dok, kalau saya bilang capek boleh gak sih?

Ya boleh dong
Capek itu manusiawi

Kalau saya nyerah boleh jg?

Nisya...
Saya tau, ini bukanlah hal mudah buat kamu kerjakan
Tapi mau gimana lagi? Mungkin ini emang jalan terbaik dari Tuhan

Oh gitu ya

Iyaa Nisya

Dok saya mau tanya boleh?

Boleh dong
Km mau tanya apa

Euh....
Nanti aja deh dok di rumah sakit

Oh ya sudah
Jgn terlambat ya😉

Iya dok
Siap

Dokter Ilham merupakan dokter ahli neftologi yang menangani Nisya semenjak pertama kali gadis itu didiagnosis mengidap penyakit gagal ginjal.

Nisya mematikan ponselnya, menatap sendu langit Kota Bandung yang seakan paham dengan derita yang dialaminya. Sejujurnya dia sudah lelah menghadapi penyakit ini terus-menerus tanpa sembuh yang datang berkunjung. Sementara Tuhan, Nisya selalu berpikir, kenapa Tuhan tak cepat-cepat memanggilnya? Sedangkan ia sudah cukup tersiksa oleh keadaan ini.

Boleh enggak, sih, gue nyerah? batin Nisya.

Setelah puas membelah sendu dengan langit, Nisya lantas membalikkan badan saat mobil Putri tiba di kediamannya. Namun, langkahnya seketika terhenti kala Kisya tiba-tiba datang menghadang.

"Widih, udah rapih lagi nih. Mau ke mana, oi?"

"Minggir," ucap Nisya dingin, tak mau basa-basi.

"Ih, judes amat, sih."

"Bukan urusan lo!" Nisya menatap benci wajah sang adik.

NIKISYA [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang