HAPPY READING
.
.
.Masuk Perangkap
"Sejauh apa pun aku melangkah, akan selalu salah di mata orang yang memilah kasih sayang." —Nisya Raina Sahda
Nisya mengernyit heran menatap botol itu penuh tanda tanya. Kaca kamarnya terlihat pecah, hingga pecahan kaca tersebut tersebar ke mana-mana. Namun, yang Nisya pikirkan saat ini adalah, apa isi dari botol tersebut.
Perlahan, dia mengulurkan salah satu tangannya dan meraih botol itu dengan hati-hati. Nisya menghela lega, ternyata isi botol itu hanyalah sebuah kertas yang tergulung. Ia pun lalu memutar tutup botolnya dan mengeluarkan gulungan kertas tersebut dari dalam botol.
Matanya mulai meneliti tiap kata yang tertuang di atas kertas. Hingga tak lama kemudian, raut wajah Nisya berubah menjadi kecut. Dia meremas kertas itu sampai rusak dan lusuh, lalu dia melemparkannya ke sembarang arah.
"Tuh orang tolol banget, ya," geram Nisya sambil meraih handphone miliknya yang tergeletak di atas kasur.
Dengan mata yang menyala-nyala, Nisya mengetikkan sebuah kalimat di atas keyboard handphone dan mengirimkannya pada seseorang. Beneran, ini ada apa sih? Kenapa tiba-tiba wajah Nisya yang semula sendu seketika berubah menjadi dongkol selepas membaca surat yang ada di dalam botol tadi.
"Awas aja tuh orang kalau ketemu, gue jadiin tiang bendera di monas," gumamnya makin kesal.
Tring!
Tak lama kemudian, handphone-nya berdering. Dia pun kembali membuka room chat yang dikirimkan seseorang. Baru saja matanya membaca seluruh isi kalimat, Nisya langsung bangkit dari kasur dan berlari menuju balkon kamarnya.
Ia mengedarkan pandangannya ke bawah, dan disana sudah ada Fadhil yang tengah berdiri menunggunya sejak tadi. Ya, yang mengirim surat tak jelas lewat botol itu adalah perbuatan Fadhil. Dia baru saja pulang sekolah, terlihat dari busananya yang masih mengenakan pakaian putih biru dan tas yang dipanggul di pundaknya.
"Lo nyari masalah sama gue, hah?!" teriak Nisya pada Fadhil.
Fadhil mendengus. "Ya lagian dari tadi gue chat enggak dibales. Ya udah gue kirim lewat botol aja biar keren," ucap Fadhil menaikturunkan kedua alisnya.
"Nah, kan, otak anak guru BK kok bego!" cibir Nisya memutar bola matanya.
"Udah buruan turun, ikut gue. Enggak usah bawel," suruh Fadhil tiba-tiba.
Nisya dengan cepat mengangkat bahunya, mengirim sinyal kalau dia menolak perintah Fadhil. Mendengar cowok itu terus memaksanya pergi yang entah ke mana, rasanya Nisya ingin menonjok ulu hati cowok itu supaya kapok dan tidak mengusik kehidupannya lagi. Namun, bagaimanapun usaha Fadhil untuk membujuk Nisya pergi tidak akan runtuh begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
NIKISYA [END] ✓
Ficção AdolescenteBersaing sama musuh❎ Bersaing sama kembaran sendiri✅ "Tidak ada kata menyerah sebelum ada yang kalah." Begitulah semboyan Inbreeding dalam kisah ini. Bagi dua gadis kembar bernama Nisya Raina Sahda dan Kisya Raiqana Sahida, persaingan serta pertarun...