HAPPY READING
.
.
.Umpatan di Hari Hukuman
"Kita bersaing bukan dalam hening. Kita bersaing sampai pontang-panting. Dan kita bertengkar bukan karena bar-bar. Kita bertengkar untuk menjadi seorang bandar."–Kisya Raiqana Sahida
"Sumpah, gempor banget gue dihukum kayak ginian," keluh Kisya mengusap keringat yang menggenang di dahinya.
Ini merupakan hari kedua mereka diberi hukuman oleh Pak Taufik untuk membereskan sampah-sampah yang berserakan di lingkungan sekolah. Padahal hukuman seperti ini adalah hukuman paling ringan bagi anak nakal seperti mereka yang sudah menjadi hafalan guru-guru SMP Antariksa. Hukuman yang diberikan Pak Taufik, tidak sepadan dengan apa yang telah mereka perbuat selama tiga tahun terakhir.
Ketika semuanya sibuk mengambil sampah, tidak dengan Nisya yang malah asyik duduk berselonjor. Kisya yang baru menyadari kalau kakaknya itu ternyata tak ikut bekerja, lantas membanting sapu ke tanah dengan perasaan kesal. Kepalanya mendidih naik pitam.
"Woi! Enak banget ya lo duduk selonjoran? Kerja!" protes Kisya memelotot pada Nisya.
"Enggak mau ah, mager. Lo aja sono. Gue masih ada si Putri sama si Dita," ucap Nisya membuang mukanya dari hadapan Kisya. "Ngotak dikit dong mangkanya."
Umpatan pedas itu sangat membuat hati Kisya muak. Bara kemurkaan yang membadai di dalam tubuhnya tak dapat lagi membendung kobaran api tersebut. Kisya mengepal tangannya dengan penuh dan melangkah mendekati Nisya.
Nisya mengernyit sekaligus agak takut melihat mata Kisya yang menyala-nyala. Hingga akhirnya, Kisya langsung menjambak rambut Nisya dengan keras, membuat Nisya menjerit kesakitan. Kuciran yang terpasang rapih di rambut Nisya pun ikut terlepas, dan membuat rambutnya berantakan.
"Ah, ah, sakit!!" ringis Nisya yang rambutnya dijambak.
"Rasain lo!"
Bukannya melerai, teman-teman mereka malah menyoraki dan memberi semangat. Semakin saja membuat perkelahian itu memanas serta semakin seru. Namun, tiba-tiba sesosok gadis berambut pendek yang baru datang segera melepas tasnya dan menengahi perkelahian yang terjadi.
"Eh Nisya, Kisya setop! Udah! Udah!" teriak Lala heboh seraya menghimpit pertikaian di antara mereka.
"Ck, lo apa-apaan sih, Lun? Tau lagi rame-ramenya ... eh dihancurin," cibir Syifa mengerucutkan bibirnya sebal karena aksi jambak-menjambak yang disaksikannya harus terhenti di tengah-tengah.
Napas Nisya terengah-engah akan amarah yang mulai mereda. Dia kembali mengucir rambutnya dengan rapih. Sementara kemurkaan Kisya belum padam dan terus bergejolak di hatinya.
"Heh culun! Jangan sok-sokan, deh lo. Nanti kena baku hantam, mewek lagi," ejek Nisya.
Kisya ikut angkat suara, lalu berseru, "Iya! Lo itu mainnya ke taman, main ayunan sama perosotan sana. Bukan di sini. Salah tempat, Lun." Kisya melipat tangannya di depan dada seraya menyeringai sarkas.
Lala mengembuskan napasnya dengan pelan sembari mendongak memandang langit. Kalau boleh jujur, hati Lala sakit teramat sakit ketika cibiran bertubi-tubi datang dalam satu waktu. Namun, Lala tidak boleh menangis. Dia adalah perempuan kuat. Hinaan ini sudah menjadi santapannya selama berada di SMP Antariksa.
Tahan, Lala, tahan. Kamu pasti kuat ngadepin ini.
Kepala Lala kembali seperti semula. Lala menarik napasnya sejenak, kemudian mengambil tas yang sempat dia jatuhkan karena panik melihat Nisya dan Kisya bertengkar. Imposter dan Victor menaikkan alisnya keheranan apa yang akan dilakukan si cewek culun itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
NIKISYA [END] ✓
Novela JuvenilBersaing sama musuh❎ Bersaing sama kembaran sendiri✅ "Tidak ada kata menyerah sebelum ada yang kalah." Begitulah semboyan Inbreeding dalam kisah ini. Bagi dua gadis kembar bernama Nisya Raina Sahda dan Kisya Raiqana Sahida, persaingan serta pertarun...