HAPPY READING
.
.
.Nisya Menjadi Lemah
"Aku tak suka bermain cinta. Karena hakikatnya, cinta itu justru mempertemukanku dengan luka." –Nisya Raina Sahda
Tetesan peluh dingin perlahan meleleh di sekitar pelipis Nisya. Jantungnya berdegup kencang bagaikan terangkat ke udara. Terlihat wajahnya begitu pasi tak karuan. Sudah hampir beberapa menit ia berusaha membangunkan Lala dengan mengguncangnya tubuh gadis lugu itu, tapi Lala masih belum siuman juga.
"Heh! Ini gimana, kok enggak bangun-bangun sih?" gerutu Nisya dengan lirih kepada kedua temannya yang berdiri di belakang.
"Ih, enggak tau. Lagian sih lo, Bos. Udah gue dibilangin lepasin, malah makin diterkam. Ya, matilah tuh anak," cetus Dita mengangkat bahunya.
Namun, Nisya belum menyerah sampai di sini. Dia kembali menggoyangkan tubuh Lala dengan tenaga yang lebih besar. Please! Ini bukan adegan sinetron indosiar yang ketika orang pingsan digoyang-goyangkan. Lala benar-benar dalam keadaan hidup dan mati. Nyawanya kini menjadi taruhan.
Di saat rasa panik mengerumuni pikirannya, tiba-tiba suara gerombolan siswa-siswi yang tengah berlari mendekat ke arah kelas. Nisya tak bisa bergerak sedikitpun, sekujur tubuhnya terasa kaku seketika. Ditambah lagi dua orang guru yang ikut datang ke dalam kelas dengan wajah yang tak kalah paniknya. Pasti ada yang melaporkan kejadian ini. Namun, siapa?
Ahhh mampus gue, batin Nisya sambil memejamkan matanya.
"Nisya! Kamu apain Lala, hah?! Mau bunuh dia kamu, hah?!" bentak seorang guru lelaki yang menatap Nisya dengan horor. Nisya terdiam dan tak berani membuka matanya sedikitpun. Perlahan, cairan bening menggenang di matanya. Dia menenggelamkan wajahnya di balik tangan seraya menangis terisak-isak.
"Ma-maaf, Pak. Tad-tadi ... saya... enggak sengaja," ucap Nisya serak.
"Alahhh bohong tuh, Pak. Orang tadi saya liat Lala dicekik sama Nisya," bantah Kisya dari ambang pintu.
Guru lelaki berbadan kekar itu kembali memandangi Nisya cukup lama. Hingga akhirnya beliau langsung membopong tubuh Lala untuk mendapatkan pertolongan pertama.
Suasana di dalam kelas masih ricuh. Berbagai umpatan dan ejekan saling simpang siur di telinga Nisya. Beberapa siswa mengatai kotor tentang Nisya, kalau dia adalah seorang pembunuh. Ada juga yang memaki Nisya dengan sebutan wanita bandit. Sakit hati? Tentu saja. Hatinya terasa perih? Jangan ditanya. Namun, bagaimanapun ini tetaplah kesalahan Nisya.
Satu orang guru yang masih berdiam di dalam kelas, lantas berkata, "Ikut saya ke ruang BK sekarang!" tegasnya kemudian pergi begitu saja.
Nisya masih terduduk di bawah lantai. Tangisannya tak kunjung berhenti, bahkan semakin sesenggukan. Dita dan Putri yang berada di samping Nisya lantas mengusap tubuh Nisya yang penuh oleh keringat dingin.
"Dita, Putri! Bawa tuh tukang jagal ke ruang BK!" suruh Kisya santai. Seringai terukir lebar di bibirnya.
Putri seketika beralih menatap Kisya penuh amarah. "Heh jaga ucapan lo!"
"Loh, loh. Kan, dia emang salah Putri. SMP Antariksa kehadiran bajing loncat tuh kesannya gimana gitu. Iyuh ... enggak punya harga diri," cibir Kisya yang membuat seisi kelas menertawai ucapannya.
Tentu saja, ini sangatlah melukai hati Nisya. Ya, dia memang nakal, akui saja. Namun, bukan berarti orang nakal tidak bisa merasakan sakit hati. Manusia di muka bumi mana yang tak sakit hati ketika harus menerima umpatan-umpatan itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
NIKISYA [END] ✓
Novela JuvenilBersaing sama musuh❎ Bersaing sama kembaran sendiri✅ "Tidak ada kata menyerah sebelum ada yang kalah." Begitulah semboyan Inbreeding dalam kisah ini. Bagi dua gadis kembar bernama Nisya Raina Sahda dan Kisya Raiqana Sahida, persaingan serta pertarun...