35. Terharu

12 7 0
                                    

HAPPY READING
.
.
.

Terharu

"Kemenangan hanya didapatkan bagi orang-orang yang memiliki kegigihan tinggi."

Plak!

Tak tanggung-tanggung, Nisya lantas menabok keras hidung pesek Dita hingga indra penciuman Dita tambah menjorok ke dalam. Bukan tanpa alasan Nisya memukul hidung Dita. Ia hanya geram karena gadis itu seenak udel menyebut kalau Kisya sedang sakaratul maut.

"Pengin banget keknya nih anak gue aniaya ampe mampus," ujar Nisya menggulung lengan kemeja panjangnya sampai sikut.

"Astagfirullah, kejem banget ukhti. Gue anak yatim. Lo mau kena azab nge-bully ana---"

"Oke sekian, capek gue ngomong sama keturunan daki. Bye!" sela Nisya mencibir sambil memutar badannya, enggan menambah dosa dengan meladeni Dita lebih panjang lagi.

Sementara makhluk-makhluk lainnya sibuk menangani Kisya yang terkulai lemas tak berdaya. Tatapannya terlihat kosong lurus ke depan, surai legam yang semula terkepang rapi pun ikut lepas berantakan. Cewek itu memang seperti ini, paling anti berkendara, apalagi jika menggunakan angkot. Oleh karena itu jalan-jalan memakai angkot hari ini adalah kesialan terbesar dalam hidup seorang Kisya Raiqana Sahida.

"Kasih minum dulu, Neng, biar agak enakan," ucap supir angkot melirik tipis dari pantulan cermin.

Semuanya mengangguk mantap. Nisya kemudian merogoh isi tasnya untuk mengeluarkan bekal minumnya untuk Kisya rasakan sensasi hangat di perutnya yang tampak mengembung.

Nisya lalu berjalan menunduk melewati siswi lainnya dan duduk di samping Kisya. Syifa mengerutkan dahinya, pertanda bahwa dia penasaran hal apa yang akan Nisya lakukan saat tiba-tiba mengambil alih tempat duduknya di samping Kisya.

"Awas, minggat lo!" usir Nisya mengibas-ngibaskan tangannya berulang kali, membuat Syifa mendengkus panjang. Mau tak mau, akhirnya cewek itu pun berpindah posisi menggantikan tempat duduk semula Nisya.

Belaian lembut seketika mendarat di puncak rambut Kisya. Nisya mengulurkan tangannya, menarik lembut kepala sang adik agar bersandar di dadanya. Senyuman dan tatapan iba terukir di wajah Nisya seraya terus mengusap rambut Kisya. Kedamaian mendadak tersalur di antara dua insan tersebut, tapi rasa heran dan bingung mengudara di dalam angkot.

Keenam siswi lainnya keheranan melihat Nisya sedang memberi kasih sayang seorang kakak pada adiknya. Benarkah apa yang mereka lihat? Nisya memberi kasih sayang pada musuh bebuyutannya?

Syifa menelan ludah kasar sambil menepuk bahu Syahna. "Na, gue belum mati, kan?" tanya Syifa cengo.

Syahna memutar kepalanya, gadis itu ikut nyengir kayak Syifa. "Enggak, Syif."

"Omaigat ... gemoy banget," ucap Putri spontan.

"Gue mah enggak mau ikut komen ah. Eh, tapi lucu juga, ya," ujar Dita.

Nisya mengernyit, kenapa teman-temannya itu? Dia kemudian berdeham kencang, memusatkan semua tatapan terarah padanya. Dia balas menatap tatapan teman-temannya. Tidak dipungkiri, mereka bisa mengerti arti tatapan itu, seakan ada radar otomatis menyala dan membisikkan sesuatu melalui isyarat tanpa bahasa. Pada detik berikutnya, teman-teman SMP Antariksa pun membuang pandangannya masing-masing.

"Gue, kan, udah bilang sama lo, kalau mual tuh bilang. Kan bisa pake mobil," nasihat Nisya memijat kepala Kisya yang terasa berputar-putar.

Kisya menarik napas panjang. "Gu-gue enggak mau sa-sampe enggak i-ikut. Lagian, kalau gue pake mobil mau sama siapa?" lirih Kisya bersuara parau.

NIKISYA [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang