HAPPY READING
.
.
.Pertarungan di Timezon
"Jika dunia memiliki dua pilihan, maka kemenangan adalah sebuah keberuntungan. Dan jika dunia memiliki banyak insan, maka persaingan pun mempunyai sebuah kekalahan." —Kisya Raiqana Sahida
"Bangsat sekali kamu ini!" hardik Nisya berang lantaran tindakan Kisya yang seenaknya mendorong tubuhnya sampai tersungkur ke bawah lantai secara tiba-tiba.Dita dan Putri pun segera membantu Nisya dengan hati-hati. Sial! Kenapa alurnya jadi seperti ini? Bukankah tadi Kisya yang mengajak akan bersenang-senang bersama? Namun, kenapa ujung-ujungnya jadi bersaing lagi?
"Sedap banget lo main dorong-dorong gue, ya. Udah cuci tangan belum? Jangan sampe, ya, badan gue gatel-gatel kena tinja yang ada di tangan lo tuh," cibir Nisya menepuk-nepuk pantatnya.
"Idih. Lagian tuh badan apa angin, disenggol dikit jatuhnya ... minta ampun," balas Kisya.
Syifa menghela napasnya berat. "Oke. Siapa pun yang kalah, dia harus kerjain semua tugas musuhnya selama satu minggu. Plus, harus traktir jajan setiap harinya sampe dua puluh ribu," tantangnya dengan menggebu-gebu.
Menerima tantangan yang diusulkan Syifa bukanlah hal yang main-main. Kedua pimpinan geng harus memikirkan tantangan ini matang-matang. Jangan sampai mereka salah mengambil langkah dan malah menjerumuskan keduanya ke dalam jurang penyesalan.
"Anjir, dikira gue menteri keuangan kali megang uang segede itu tiap hari," misuh Nisya tak habis pikir dengan usulan yang menurutnya berlebihan.
"Takut? Bilang aja," ejek Kisya melipat tangannya di depan dada sambil memandang Nisya dengan remeh.
"Oke, Deal!" tegas Nisya bersalaman.
Kisya mengangguk sambil mengukir senyum liciknya. Mereka pun kemudian memasuki area timezone.
"Bos, lo yakin mau tarung sama mereka?" tanya Dita meragukan kekuatan yang dimiliki Imposter.
"Ya, yakinlah. Emangnya kenapa?"
"Ya ... gue takut aja nanti kena virus. Mereka, kan, bibitnya walang sangit."
***
Keenam manusia itu pun secara berbondong-bondong mengantre di barisan kasir. Setelah menunggu dua orang yang juga mengisi saldo kartu, kini giliran mereka yang berhadapan langsung dengan abang kasir. Kisya-- si wanita mata keranjang itu memulai aksinya untuk merayu-rayu si abang kasir.
Abang kasir mengerutkan alisnya melihat bulu mata Kisya yang sejak tadi terangkat. Mata Kisya juga berkedip-kedip seperti lampu rumah yang tokennya berbunyi.
"Bang, isi ulang kartu yang saldonya paling gede, dong. Berapa?" tanya Kisya memiringkan kepalanya dengan bertumpu pada tangan yang terbaring di atas etalase.
"Silakan, bisa diliat di list harga," suruh abang kasir menunjuk list harga yang terpampang di layar monitor.
Kisya menegakkan kepalanya, mengamati satu per satu harga yang tertera. "Yang lebih mahal dari itu ada enggak, Bang? Uang saya terlalu banyak soalnya nan—"
"Woi, cepetan!"
Belum sempat Kisya menamatkan kalimatnya, sentakan seseorang lebih dulu menyela dari arah belakang. Kisya membalikkan badannya pada orang yang berani menyentaknya dengan suara tinggi.
"Ih, apaan sih lo marah-mar—"
Niatnya yang hendak membalas orang yang berani menyentaknya tadi. Namun, setelah tahu kalau orang itu berbadan besar, nyali Kisya seketika menciut. Bahunya merosot melihat orang berbadan bagaikan sumo itu tengah menyorot tajam kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NIKISYA [END] ✓
Teen FictionBersaing sama musuh❎ Bersaing sama kembaran sendiri✅ "Tidak ada kata menyerah sebelum ada yang kalah." Begitulah semboyan Inbreeding dalam kisah ini. Bagi dua gadis kembar bernama Nisya Raina Sahda dan Kisya Raiqana Sahida, persaingan serta pertarun...