HAPPY READING
.
.
.Seleksi Olimpiade
"Sesungguhnya tempat yang kuanggap membosankan, suatu saat pasti akan kurindukan."
"Woi, buruan dong jalannya! Lelet amat lo kek keong. Cepet!" Kisya berteriak heboh sambil melambai-lambaikan tangannya ke udara saat memanggil Nisya yang berjalan jauh di belakangnya.
Nisya menghela napas panjang sembari memutar matanya malas. Dia tak menghiraukan seruan Kisya yang dari gerbang sekolah sampai sekarang menjejakkan kaki di koridor atas yang terus saja memanggil namanya. Entah mengapa hari ini Kisya begitu bergairah untuk datang pagi ke sekolah. Tidak seperti biasa yang selalu datang lima menit sebelum lonceng dibunyikan.
"Rese amat, sih, tuh manusia," cibir Nisya menormalkan langkahnya.
Terlanjur tak sabaran untuk segera sampai ke dalam kelas, Kisya membuang napas kasar kemudian berlari menghampiri Nisya yang seolah tak peduli pada teriakannya. Tanpa seizin Nisya, Kisya lantas menarik lengan kakaknya itu dengan kencang, hingga kaki Nisya terseret dengan langkah Kisya yang mempercepat langkahnya menuju kelas. Bahkan, Kisya rela menabrak satu per satu siswa yang tengah berjalan menghalangi lajunya.
Sesampainya di dalam kelas, senyum Kisya semakin mengembang ketika Syifa dan Syahna sudah tiba lebih awal darinya. Dia melepas genggaman tangan Nisya lalu menghampiri kedua sahabatnya yang tengah sibuk bermain kartu UNO. Sadar kalau Kisya sudah datang, mereka berdua lantas menghentikan permainannya kemudian mengulas senyum kemenangan kepada Kisya.
"Buruan mana surat yang kemarin gue kasih," bisik Kisya tepat di telinga Syifa.
Syifa buru-buru mengangguk seraya menggeledah isi tasnya dan mengeluarkan sebuah amplop besar lalu menyerahkannya kepada Kisya. Kisya menerima amplop tersebut dengan raut wajah yang berbunga-bunga, seakan isi di dalam amplop itu melambangkan simbol kebahagiaan yang mewakili suara hatinya saat ini.
Nisya menarik kedua alisnya kala Kisya menyuruhnya untuk duduk di kursi belakang. Heh, lo mau ngapain, sih, sebenernya?" tanya Nisya keheranan.
"Mau tau apa mau tau banget?" goda Kisya menaikturunkan alisnya.
"Serah lo, dah, ikan bawel," gerutu Nisya memanjatkan kakinya ke atas meja.
"Nih baca aja sendiri." Kisya melempar amplop itu ke hadapan Nisya, membuat kerutan di dahi Nisya makin mengencang untuk membaca isi amplop tersebut.
Nisya akhirnya mau tak mau terpaksa meraih amplop itu kemudian membukanya. Didapati sebuah kertas putih terlipat, membuat Kisya semakin tak sabar supaya sang kakak cepat-cepat membaca isi surat penting tersebut. Nisya membuka kertas itu lalu matanya mulai mengamati tiap bacaan yang tercantum di atas kertas polos tersebut.
Dengan ekspresi yang tidak terkejut sama sekali, bahkan terbilang sangat datar, Nisya mengangkat kepalanya seraya menatap Kisya yang masih mengumbar senyum. Sumpah, sampai sekarang Nisya tak paham apa kemauan adiknya ini. Mulai dari mengajaknya berangkat sekolah pagi-pagi, dan sampai Kisya memaksa Nisya untuk membaca isi kertas tersebut.
"Enggak waras, ya, lo jadi penghuni dunia? Ngapain lo senyum-senyum mulu." Nisya mencibir sembari melempar amplop tadi yang beruntung bisa ditangkap Syahna.
"Ah, anjir kagak pekaan banget, sih, lo jadi kakak," decak Kisya menduduki kursi kosong yang ada di samping Nisya. Ia merangkul pundak sang kakak sok akrab, masih mengulum rasa kesalnya lantaran Nisya yang tak kunjung paham dengan tujuannya kali ini. Semoga, usahanya bangun pagi-pagi tidak sia-sia, ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
NIKISYA [END] ✓
Teen FictionBersaing sama musuh❎ Bersaing sama kembaran sendiri✅ "Tidak ada kata menyerah sebelum ada yang kalah." Begitulah semboyan Inbreeding dalam kisah ini. Bagi dua gadis kembar bernama Nisya Raina Sahda dan Kisya Raiqana Sahida, persaingan serta pertarun...